Mengetahui aib diri sendiri ini sangat penting. Semakin kita sadar kekurangan kita maka semakin besar potensi kita untuk menjadi orang baik karena begitu kita menyadarinya maka kita akan terus memperbaiki diri. Mengetahui aib diri sendiri juga akan menjauhkan kita dari sifat sombong.
Namun, hal ini tidak dimaksudkan untuk mengurung diri atau kita mengenalnya dengan insecure. Begitu kita mengetahui aib kita, kita menjadi takut, gelisah dan tidak percaya diri untuk melakukan hal-hal yang baik. Bukan itu maksud dan tujuan kita mengetahui aib kita, namun sebaliknya untuk menghilangkan perasaan negatif itu dan menjadi pribadi yang senantiasa percara diri melakukan hal-hal positif.
Baca Juga: Perbanyak Istighfar dan Taubat, Lalu Rasakan 7 Keajaiban Ini
Cara Mengetahui Aib Diri Sendiri
Berikut ini empat cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui aib diri sendiri:
Pertama: Mendatangi guru atau murabbi kita. Minta nasihatnya untuk diri kita secara pribadi. Tanyakan padanya apa kekurangan kita yang perlu diperbaiki. Guru atau murabbi adalah orang berilmu yang memiliki pandangan luas mengenai perilaku manusia dan bagaimana seharusnya manusia bersikap berdasarkan ilmu yang dimilikinya.
Kedua: Bertanya pada sahabat kita, yang jujur dan yang memahami agama dengan baik. Sahabat adalah seseorang yang mengenal kita disaat senang maupun sedih, disaat lapang maupun susah. Mintalah pula padanya untuk selalu mengawasi perilakumu jika suatu saat kamu terjerumus pada perbuatan buruk.
Umar biasanya bertanya kepada Salman tentang dirinya. Ketika Salman datang kepadanya, Umar bertanya, “Apa yang telah kamu dengar tentang diriku yang tidak kamu sukai?”
Salman tidak bersedia mengatakannya, tetapi setelah didesak oleh Umar diapun mengatakannya, “Aku mendengar bahwa engkau mengumpulkan dua macam kuah dalam satu hidangan, dan engkau punya dua jubah, satu jubah untuk siang hari dan satu jubah lagi untuk malam hari.”
Umar bertanya, “Apakah ada lagi yang kamu dengar selain itu?” Salman menjawab, “Tidak.” Umar berkata, “Adapun dua hal itu maka akan aku tinggalkan.”
Ketiga: Kita mungkin memiliki musuh atau orang-orang yang membenci kita. Saat itulah kita bisa mengambil kesempatan untuk mengetahui aib diri kita. Apa yang orang tidak suka dari diri kita bisa kita jadi catatan dan evaluasi untuk diri sendiri.
Terkadang justru dari musuh atau orang yang benci pada kitalah aib kita dapat secara jujur terungkap. Dibandingkan dengan teman atau sahabat kita yang cenderung sungkan dan tidak enak untuk memberi tahu secara jelas aib kita.
Said hawa mengatakan dalam bukunya Tazkiyatun Nafs, “mata kebencian mengungkapkan segala keburukan.”
Oleh karena itu, jika apa yang dikatakan oleh orang-orang yang membenci kita adalah suatu kebenaran maka bersabarlah dan jadikan sebagai bahan untuk intropeksi diri.
Keempat: Bergaul atau memperhatikan perilaku masyarakat akan menumbuhkan kepekaan terhadap diri sendiri. Dari setiap perilaku tercela yang berkembang di masyarakat maka seharusnya menjadi cerminan diri kita. Apakah kita termasuk bagian dari mereka atau tidak.
Ketika melihat aib orang lain maka saat itu kita juga harus berfikir apakah kita juga memiliki aib tersebut. Tabiat manusia dalam mengikuti hawa nafsu itu saling berdekatan.
Maka sebelum kita memperbaiki aib masyarakat maka hendaklah terlebih dahulu memperbaiki aib kita begitu menyadarinya.
Itulah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk membangun kepekaan terhadap aib diri sendiri dan darinyalah kita bisa terus menjadi pribadi berakhlak mulia. [Ln]