Chanelmuslim.com – Bolehnya Puasa Sunnah Sebelum Membayar Hutang Puasa
Hampir setiap wanita yang telah baligh memiliki hutang puasa setiap tahunnya. Banyak yang berpendapat bahwa tidak afdol jika mengerjakan puasa-puasa sunnah istimewa sebelum membayar hutang puasanya. Puasa sunnah istimewa diantaranya puasa syawal, puasa arafah, dan puasa asyura, disebut puasa sunnah istimewa karena hanya dilakukan di waktu tertentu dengan berbagai keutamaan.
Mungkin banyak yang kemudian melewatkan puasa-puasa sunnah istimewa tersebut karena masih belum tuntas membayar hutang puasa ramadhannya. Mari kita simak hadits berikut :
Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqadha’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1950 dan Muslim no. 1146)
Baca Juga: Puasa dan Shalat yang Paling Dicintai Allah
Bolehnya Puasa Sunnah Sebelum Membayar Hutang Puasa
Sebagaimana pelajaran dari hadits ‘Aisyah yang di mana beliau baru mengqadha’ puasanya saat di bulan Sya’ban, dari hadits tersebut Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh mengakhirkan qadha’ puasa lewat dari Ramadhan berikutnya.” (Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari, 4: 191)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan menyegerakan mengqadha’ puasa Ramadhan. Jika ditunda, maka tetaplah sah menurut para ulama muhaqqiqin, fuqaha dan ulama ahli ushul. Mereka menyatakan bahwa yang penting punya azam (tekad) untuk melunasi qadha’ tersebut.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 23).
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Inilah pendapat terkuat dan lebih tepat (yaitu boleh melakukan puasa sunnah sebelum qadha’ puasa selama waktunya masih lapang). Jika seseorang melakukan puasa sunnah sebelum qadha’ puasa, puasanya sah dan ia pun tidak berdosa. Karena analogi (qiyas) dalam hal ini benar. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang sakit atau dalam keadaan bersafar (lantas ia tidak berpuasa), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al Baqarah: 185). Dalam ayat ini dikatakan untuk mengqadha’ puasanya di hari lainnya dan tidak disyaratkan oleh Allah Ta’ala untuk berturut-turut. Seandainya disyaratkan berturut-turut, maka tentu qadha’ tersebut harus dilakukan sesegera mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masalah mendahulukan puasa sunnah dari qadha’ puasa ada kelapangan.” (Syarhul Mumthi’, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 6: 448).
Berdasarkan hadits diatas dan penjelasan dari para ulama, seseorang yang masih memiliki hutang puasa diperbolehkan melaksanakan puasa sunnah meski belum tuntas hutang puasanya. Tentunya dengan syarat hutang puasanya akan segera dibayar sebelum waktu ramadhan selanjutnya tiba, wallahu’alam.
Sumber : https://rumaysho.com/9364-bolehkah-puasa-asyura-namun-masih-memiliki-utang-puasa.htmli