SEBAGIAN orang mungkin bertanya, “apa gunanya berdoa jika sudah ditakdirkan?” atau “doa hanya salah satu cara untuk mendapat pahala sehingga doa tidak bermanfaat terhadap apa yang kita minta” dan beragam pertanyaan dan penyataan serupa. Lalu bagaimana sebenarnya kaitan antara doa dan takdir?
Dalam kitab ad-Daa’ wa ad-Dawaa’ karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, doa adalah salah satu sebab dari takdir itu sendiri. Jika seseorang mengira bahwa berdoa atau tidak, takdir sudah ditetapkan, maka ia sama saja meniadakan sebab atas akibat.
“Seandainya kamu memang ditakdirkan untuk kenyang dan terbebas dari rasa dahaga tentu hal itu pasti terjadi, baik kamu makan atau tidak. Demikian pula, jika memang tidak ditakdirkan (untuk kenyang), tentu kamu tidak akan pernah merasa kenyang baik kamu makan ataupun tidak,” demikian tertulis dalam kitab tersebut.
Maka sejatinya apa yang ditakdirkan itu terjadi karena adanya sejumlah sebab, salah satunya adalah melalui doa.
Baca Juga: 4 Cara Mengubah Takdir ala Pengikut Nabi Musa
Bagaimana Kaitan Takdir dengan Doa?
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, “Tidak mungkin sesuatu ditakdirkan terjadi begitu saja tanpa adanya sebab. Ia pasti memiliki keterkaitan dengan sebab.”
Sama halnya jika seorang mengerjakan suatu sebab, maka apa yang ditakdirkan akan terjadi, demikian pula jika ia tidak mengerjakannya, maka apa yang ditakdirkan itu tidak terjadi.
Doa merupakan salah satu penyebab yang paling kuat untuk terjadinya sesuatu yang ditakdirkan.
Oleh karena itu tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa doa tidak memiliki manfaat sama sekali terhadap sebuah takdir.
Mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah termasuk berdoa adalah sebab yang mendatangkan kebaikan, demikian sebaliknya dengan keburukan yang disebabkan karena jauhnya seseorang dari ketaatan kepada Allah.
Banyak ayat Al-Quran yang menyebutkan segala kebaikan dan keburukan di dunia dan di akhirat berkaitan dengan usaha atau amal perbuatan seseorang.
Dalam surah Az-Zukhruf ayat 5,
“Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka.”
atau dalam surah al-Anfal ayat 29,
“Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan (kemampuan membedakan antara haq dan bathil) dan menghapus segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu…”
Orang yang berilmu akan memahami ayat-ayat di atas dengan seksama bahwa menolak dan melawan melawan takdir dapat dilakukan dengan takdir pula.
Ia akan menolak adanya takdir hukuman akhirat dengan takdir bertaubat, iman dan beramal shalih. [Ln]