SEBAGIAN orang menyalahkan umat Islam yang bersikap keras dengan menyebut “Israel Penjajah, Israel Biadab” dan semisalnya. Alasannya karena Israel adalah nama lain dari Nabi Ya’qub, sehingga mencela Israel mereka anggap sama dengan mencela Nabi Ya’qub ‘Alaihissalam.
Itu anggapan yang keliru, tidak pernah ada pikiran dan maksud ketika menyebut Israel Penjajah maka maksudnya Nabi Ya’qub adalah penjajah. Baik jauh dan dekat, ini tidak ada yg nyambung.
Para ulama menegaskan kaidah:
الأمور بمقاصدها
Menilai perbuatan tergantung maksud-maksudnya
Apakah Mencela Israel Sama dengan Mencela Nabi Ya’qub?
العبرة لا بالأسماء لكن بالمسميات
Yang dinilai itu bukan namanya, tapi isinya
Syaikh Abdullah al Faqih Hafizhahullah mengatakan:
ومادام هذا الساب لم يقصد يعقوب ـ عليه الصلاة والسلام ـ وإنما قصد دولة اليهود، فنرجو ألا شيء عليه
Selama celaan kepada negara Israel maksudnya adalah negara Yahudi bukan bermaksud Nabi Ya’qub, maka kami lihat itu tidak masalah
(Fatawa asy Syabakah al Islamiyah no. 347479)
Dr. Walid Mushthafa asy Syawisy Hafizhahullah:
أما في الميزان الفقهي والأصولي القائم على: أن كلام الناس يُحمل على عرفهم ومقاصدهم، لا على المقاصد اللغوية ولا الشرعية الخاصة، فيندفع الإشكال، وهو أن الناس في دعائهم على إسرائيل، يراعى عرفهم في أقوالهم ومقاصدهم من الناحية الشرعية، وهو أن الدعاء واللعن ينصرفان إلى ذلك الكيان الغاصب المعتدي، ولا علاقة بين اسم نبي الله يعقوب (إسرائيل) والدعاء باللعن والهلاك على (إسرائيل) من قريب ولا من بعيد؛ لأن ذلك بعيد كل البعد عن مقاصد المتكلمين والداعين على الكيان الغاصب بالهلاك
Dalam timbangan fiqih dan kaidah ushul (dasar-dasar fiqih), menilai perkataan manusia itu didasarkan makna yang biasa berlaku dan maksud mereka secara sisi syar’i.
Bahwa doa tersebut adalah kepada intitas perampok (Negara Israel), bukan kepada Nabi Ya’qub (Israel), baik jauh atau dekat, sebab pengertian itu sangat jauh dari maksud para pengucapnya saat mendoakan kehancuran dan kebinaan atas negara tersebut. (selesai)
Begitu pula jika ada seorang koruptor di zaman ini bernama Al Amin, lalu diberitakan “Al Amin Korupsi” di headline berbagai media, apakah ini dianggap menyebut Nabi Muhammad korupsi? Karena Al Amin adalah gelar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di masa lalu. Tentu tidak, dan sangat jauh maksudnya.
Demikian. Wallahu A’lam
Penulis: Farid Numan Hasan
[Ln]