Perjalanan hijrah Rasulullah dan Abu Bakar yang penuh rintangan juga beriringan dengan kemudahan yang diperoleh keduanya. Walau sempat cemas dan khawatir atas kejaran kafir Quraisy, mereka bertemu dengan orang-orang yang memberinya bantuan, salah satunya Ummu Ma’bad, wanita dermawan pemiliki peternakan domba.
Pada hari kedua atau ketiga pada perjalanan hijrah Rasulullah dan Abu Bakar. Mereka melewati kemah Ummu Ma’bad al-Khuza’iyyah di Masylal, di daerah Qadid, sekitar 130 km dari Mekkah. Dia seorang wanita cerdas dan pekerja ulet yang terbiasa hidup di halaman kemahnya.
Baca Juga: Kebencian Ummu Jamil Kepada Nabi
Ummu Ma’bad, Wanita Dermawan Pemilik Peternakan Domba
Ummu Ma’bad juga terbiasa memberi makan dan minum orang yang melewati kemahnya.
Ketika bertemu Ummu Ma’bad, Rasulullah dan Abu bakar bertanya kepadanya, “Apakah engkau memiliki sesuatu?”
“Demi Allah! Andai kata kami memiliki sesuatu niscaya kami tidak akan kikir menjamu kalian, apalagi orang yang menginginkannya adalah seorang asing,” jawab Ummu Ma’bad.
Saat itu sedang tahun paceklik kekeringan melanda daerah Ummu Ma’bad. Mendengar jawaban wanita itu, Rasulullah mengalihkan pandangannya ke seekor domba yang ada di samping kemah.
“Bagaimana kondisi domba ini, Wahai Ummu Ma’bad ?” tanya Rasulullah.
“Ia adalah domba yang tak mampu lagi mencari makan.”
“Apakah ia masih memiliki air susu?” tanya Rasulullah.
“Tidak, bahkan kondisinya lebih parah lagi,” jawab Ummu Ma’bad.
“Apakah engkau mengizinkanku untuk memerah susunya?” Rasulullah meminta izin
“Tentu saja. Bila engkau melihat dombaku memang memiliki air susu, silahkan engkau perah!”
Rasulullah memerah puting domba dengan tangannya seraya membaca basmalah dan berdoa. Seketika itu juga puting domba Ummu Ma’bad mengembang. Air susu keluar dengan deras.
Lalu beliau mengambil bejana milik Ummu Ma’bad yang biasa dipakai untuk menyuguhkan air kepada orang yang lewat.
Rasulullah kembali memerah puting domba dan menuangkan hasil perahannya ke dalam bejana. Kemudian bejana itu beliau sodorkan ke mulut domba.
Segera sang domba menghirup susu yang terdapat di dalam bejana. Setelah itu, nabi memberi minum Abu Bakar. Terakhir, air susu itu diminum oleh beliau.
Rasulullah lalu memerah kembali puting susu domba dan menuangkan hasil perahannya ke dalam bejana hingga penuh. Setelah mengambil bagian untuk bekal perjalanan, nabi memberikan sisanya untuk Ummu Ma’bad.
Usai itu, Rasulullah dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan ke Madinah.
Tak lama kemudian, Abu Ma’bad, suami Ummu Ma’bad, tiba di kemah sambil menggiring domba-domba yang kurus kering. Ketika melihat ada air susu, dia terkejut.
“Dari mana engkau mendapatkan ini? Bukankah tidak ada susu di rumah ini!” tanya Abu Ma’bad kepada istrinya.
“Demi Allah, baru saja seorang laki-laki yang diberkahi melewati perkemahan kami. Di antara ucapannya begini dan begini, kondisinya begini dan begini,” jawab Ummu Ma’bad.
Mendengar penjelasan istrinya Abu Ma’bad bertambah terkejut.
“Demi Allah, sesungguhnya aku berpendapat dia adalah orang yang dicari-cari orang-orang Quraisy. Tolong kamu sebutkan ciri-cirinya kepadaku wahai Ummu Ma’bad!”
Lalu sang istri menyebutkan ciri-cirinya. Pria itu, kata Ummu Ma’bad, memiliki sifat yang menawan hati dan ucapan yang mempesona. Tingginya sedang, manik bola matanya hitam, alisnya juga hitam, kata Ummu Ma’bad.
“Demi Allah! Dia pasti nabi Muhammad. Kalau saja tadi aku ada di sini aku pasti akan ikut dengannya, kata Abu Ma’bad. [Ln/ The Great Story Of Muhammad) [Ln]