LEMAHNYA iman sudah pasti ada penyebab. Tidak mungkin iman kita tiba-tiba lemah tanpa sesuatu. Mungkin, kita terlalu banyak bermaksiat atau kita melakukan hal-hal yang menjauhkan diri sendiri dari mengingat Allah
Baca Juga: 3 Faktor Perusak Iman dari Luar Diri Sendiri
4 Penyebab Lemahnya Iman
Ustaz Agus Santoso menuliskan bahwa Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,
ولضعف الإيمان أسباب منها :
أولاً : الجهل بأسماء الله وصفاته يوجب نقص الإيمان، لأن الإنسان إذا نقصت معرفته بأسماء الله وصفاته نقص إيمانه .
ثانياً : الإعراض عن التّفكير في آيات الله الكونية والشرعية، فإن هذا يسبب نقص الإيمان، أو على الأقل ركوده وعدم نموّه .
ثالثا : فعل المعصية، فإنّ للمعصية آثاراً عظيمة على القلب وعلى الإيمان، ولذلك قال النبي صلى الله عليه وسلم: « لا يزني الزاني حين يزني وهو مؤمن » . الحديث رواه البخاري (٢٤٧٥) ومسلم (٥٧) .
رابعا : ترك الطاعة فإن ترك الطاعة سبب لنقص الإيمان، لكن إن كانت الطاعة واجبة وتركها بلا عذر فهو نقص يلام عليه ويعاقب، وإن كانت الطاعة غير واجبة، أو واجبة لكن تركها بعذر فإنه نقص لا يلام عليه .
|[ مجموع فتاوى ورسائل ابن عثيمين (٥٢/١) ]
Kelemahan iman itu memiliki sebab di antaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, bodoh terhadap nama-nama Allah dan sifat-sifatNya yang menjadikan kurangnya iman, karena sesungguhnya manusia apabila berkurang pengetahuan dia terhadap nama-nama Allah dan sifat-sifatNya maka akan berkurang keimanannya.
Kedua, berpaling dari memikirkan ayat-ayat Allah yang kauniah dan yang syar’iyyah, maka sesungguhnya ini menyebabkan berkurangnya iman atau paling tidak keimannya menjadi stagnan dan tidak berkembang.
Ketiga, perbuatan maksiat. Sesungguhnya maksiat itu memiliki pengaruh yang besar kepada hati dan kepada keimanan, oleh karena itu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seorang pezina berzina ketika dia berzina dia dalam keadaan Mukmin.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari (2475) dan imam Muslim (57).
Keempat, meninggalkan ketaatan. Sesungguhnya meninggalkan ketaatan itu menyebabkan berkurangnya keimanan.
Akan tetapi, jika ketaatan itu adalah ketaatan yang wajib dan dia meninggalkannya tanpa ada udzur maka itu menjadi berkurang keimanannya dan dia dicela dan dia mendapatkan hukuman dan jika ketaatan itu bukan ketaatan yang wajib atau ketaatan yang wajib akan tetapi dia meninggalkannya karena suatu udzur, maka itu menjadi berkurang keimanannya dan dia tidak dicela atasnya.”
Majmù Fatàwà Wa Rasàil Ibni Utsaimin 1/52.
[Cms]
https://t.me/bimbingansyariah