ChanelMuslim.com- Meski wabah korona sudah mampir ke Indonesia selama empat bulan, tidak sedikit warga yang belum mampu membedakan mana Rapid Test dan Swab Test. Terkesan keduanya sama saja. Kalau sudah di Rapid Test, orang merasa bahwa hal itu sudah cukup. Padahal, hasil sebenarnya bisa bertolak belakang.
Akhir-akhir ini kita kerap mendengar apa yang disebut Rapid Test dan Swab Test. Bahkan, Gugus Tugas Covid-19 menjadikan hal ini sebagai syarat untuk bisa berpergian dengan kendaraan umum seperti pesawat, kapal laut, dan kereta jarak jauh.
Meski sama-sama tes untuk menguji virus dalam tubuh, Rapid dan Swab sebenarnya berbeda jauh. Rapid Test dilakukan dengan menguji sampel darah pasien. Sementara, Swab Test dengan mengambil sampel lendir yang menempel pada rongga hidung dan mulut.
Rapid Test dilakukan untuk menguji keberadaan virus dengan melalui Anti Bodi yang ada dalam darah. Orang yang terinfeksi virus maka akan secara otomatis darah dalam tubuh membentuk anti bodi untuk pertahanan.
Sayangnya, hasil Rapid Test tidak menyebut virus apa yang sudah masuk dalam tubuh. Jangan heran jika orang yang terkena flu biasa pun bisa menunjukkan positif terinfeksi virus jika dengan Rapid Test. Selain itu, Rapid Test juga tidak menunjukkan keadaan saat ini pasien. Hal ini karena anti bodi baru bisa terbentuk setelah beberapa hari virus menginfeksi.
Jadi, jika hari ini orang terinfeksi virus, dan pada hari itu pasien dilakukan Rapid Test, hasilnya akan menunjukkan negatif alias tidak terinfeksi. Karena anti bodi masih belum selesai berproses. Karena itu, Rapid Test kerap dilakukan beberapa kali untuk pasien yang sama untuk memastikan apakah pasien sudah terinfeksi virus atau belum.
Memang, proses dengan Rapid Test ini jauh lebih cepat di banding Swab Test. Aslinya bisa hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Sementara dengan Swab Test bisa membutuhkan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari tergantung kapasitas laboratorium yang digunakan.
Selain itu, jalur Rapid Test membutuhkan biaya pengujian lebih murah daripada Swab Test. Di rumah sakit swasta, Rapid Test berkisar antara 250 ribu hingga 500 ribu rupiah untuk sekali uji. Sementara dengan Swab Test bisa memakan biaya sekitar 3 juta rupiah. Tapi, hasil Swab jauh lebih akurat di banding Rapid. Karena Swab Test langsung menguji keberadaan virus Covid-19 yang menempel pada lendir rongga mulut dan hidung.
Tidak heran jika model pengujian dengan Rapid Test kerap disebut dengan hasil yang menipu. Karena sungguh pun hasil Rapid Test menunjukkan positif terinfeksi virus, tapi tidak jelas virus apa yang menginfeksi. Hal inilah yang sering terjadi pada saat Rapid Test. Orang dinyatakan reaktif dari hasil Rapid Test. Tapi, setelah dilakukan Swab Test, ternyata hasilnya negatif, alias tidak terinfeksi virus Covid-19.
Dan kalau pun hasilnya negatif, boleh jadi, hasil itu tidak menunjukkan kenyataan yang sebenarnya. Karena pada saat tes itu, anti bodi belum terbentuk karena membutuhkan beberapa hari setelah virus menginfeksi.
Tidak heran jika organisasi kesehatan dunia atau WHO tidak merekomendasikan negara untuk melakukan Rapid Test dalam menguji wabah Covid. Pilihan Swab Test-lah yang lebih direkomendasikan WHO.
Lagi-lagi, soal isi kantong yang akhirnya menentukan pilihan mana yang dipilih negara atau warga untuk mencegah penyebaran wabah Covid. Kalau negara mau serius, tentu lebih memilih Swab Test daripada Rapid Test. (Mh)