Chanelmuslim.com – “Abang tuh bersyukur banget ada umi dan abi yang selalu marahin, marah itu kan tanda sayang,” ujar anakku sambil mijit-mijit kakiku. Rayuan pulau kelapa pikirku dalam hati. Sambil menduga-duga anak ini mau minta apa.
“Lalu,” lanjutnya, “kita ini keluarga yang sangat harmonis, dari semua teman-temanku gak ada yang harmonis kayak kita. Ada yang ibunya baik, tapi bapaknya kawin lagi. Ada juga yang bapaknya baik ibunya main judi. Ada juga temanku yang diusir dari rumah padahal dia kaya tapi sekarang homeless dan akhirnya jadi suka mencuri. Dia bilang aku tahu aku sering dimarahin, di tegur, di nasehati tapi aku bersyukur punya keluarga yang normal dan ayah ibu yang baik. Pokoknya setelah aku pikir lagi dan bandingkan dengan teman-temanku, keluarga kita ini blessing banget deh.”
Ya, kadang-kadang nampaknya hal yang sepele, karena kita hidup di dunia yang biasa-biasa saja yang normal-normal saja, hal yang rutin terjadi. Tapi sesuatu yang biasa itu jadi luar biasa atau jadi spesial bila kita bandingkan dengan keadaan orang lain. Bila kita melihat kondisi orang lain.
Anak-anakku memang sudah lama tinggal sendiri di negeri orang, sesekali saja kami orangtua menjenguk dan sms berjalan setiap hari sore malam bahkan ketika bangun tidurpun biasanya sms kami sudah masuk. Kalau suamiku rajin ngirim postingan tentang agama. Kalau anakku yang lelaki biasanya senang kalau diskusi di grup keluarga tentang perang dunia atau tentang perang al malhamah atau tentang ISIS dan Amerika. karena mereka merasakan sendiri bagaiama teman-temannya bertanya ini itu pada mereka.
Kalau aku, ibunya biasanya membicarakan hal yang gak penting atau kirim gambar-gambar yang manis, atau kejadian sehari-hari sampai cerita lucu. Tapi kalau aku sms dengan tanda seru dan huruf besar dan serius, maka anak-anak paham bahwa itu adalah kondisi gawat darurat, siaga satu! Mereka pasti “mantengin” hape siang malam menunggu suhu kembali normal.
Anakku pernah berkata “mi, mungkin aku belum mendapatkan apa yang aku inginkan juga belum mampu membahagaiakan orang tua, tapi sebuah keluarga yang normal dan harmonis dengan orang tua yang baik adalah harta yang tak ternilai bagiku.”
Hmm…bagus juga ya kamu main sama bule-bule yang broken home, yang bapaknya peminum berat dan suka abuse (mukulin) keluarga. Dan emaknya yang cantik tapi cuek…pikirku dalam hati.
Jadi kamu tahu betapa bernilainya sebuah keluarga muslim Indonesia.
Kultur keluarga muslim Indonesia di seluruh dunia adalah ngumpul, ngobrol, jalan bareng, ramai dan akrab serta bergerombol. Beda dengan keluarga orang bule itu, semuanya masing-masing (alias sendiri-sendiri) sangat jarang kutemui bapak ibu dan anak remaja. Kebanyakan bapak ibu dan anak bayi atau balita. Kalau ada anak remaja itupun sesekali hanya bapak dan anaknya saja, atau ibu dengan anaknya, itupun sangat jarang kulihat, di negeri yang sepi ini.
Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturrahim (berhubungan baik dengan keluarga dekat) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikanNya. (HR. Ar-Rabii’).
Fifi P. Jubilea