IBU memang harus adil. Kisah ini pernah saya sampaikan dan dibukukan, tapi saya lupa lagi isi detailnya tapi tetap teringat di benak saya untuk tidak melakukan hal yang sama.
Anak saya yang kedua pernah tanya, “Ummi kayak gini nggak sama Abang dan aku?”
Ummi cuma bisa cengar-cengir tanpa kaca.
Kisah ini dimulai dari;
Ada seorang ibu yang mempunyai dua anak. Si Abang enak benar hidupnya.
Pagi tidak bangun untuk shalat subuh apalagi shalat malam sementara sang adik tanpa disuruh sudah berwudhu dan diam di masjid sampai waktu syuruk tiba.
Sang kakak bangun siang tinggal makan dan berteriak, “Lapar Bu!”
Sang ibu pun tergopoh menyiapkan makanan untuk si kakak sementara adik diam-diam malah membantu ibu menyiapkan. Bahkan sampai merapikan dapur.
Sang kakak lalu pergi tak jelas entah kemana dan menjelang maghrib masih asik main gitar dengan teman-temannya di tepi jalan dengan suara melebihi suara azan.
Sementara sang adik dari sejak menjelang maghrib sudah pakai kopiah dan bersiap hendak ke masjid.
Ibu berdoa siang malam untuk si kakak sampai menangis di sajadah tipisnya setiap malam untuk Allah memberikan secercah hidayah bagi si sulung.
Baca Juga: Melihat dengan Mata Hati
Ibu Memang Harus Adil
Doa ibu terkabul. Suatu hari si kakak tampak mengendap masuk rumah mengambil sandal dan berwudhu. Lama-lama si kakak tambah saleh.
Sementara si adik bosan taat. Dia berpikir aku ke masjid tak ke masjid ibu tak ada perhatian padaku. Tanya juga nggak. Apalagi mendoakan.
Huh… ya sudahlah aku berbuat kayak kakak saja. Senang-senang main gitar di tepi jalan agar ibu mendoakan aku.
Maka keadaan berubah sudah, si kakak rajin ke masjid dan tambah saleh. Sementara sang adik menggantikan si kakak menjadi marah-marah dan melakukan kenakalan.
Ibu memang harus adil. Yang masih nakal memang harus didoakan agar mendapat hidayah dan berubah menjadi baik tetapi yang sudah baik harus tetap didoakan agar istiqamah. Dan tidak menjadi nakal.
Adil dalam bersikap dan berdoa kadang perhatian dan doa kita lebih pada anak yang nakal, anak yang bermasalah.
Sementara pada anak yang sudah saleh perhatian dan doa kita kurang karena kita anggap sudah aman.
Hidayah memang bukan hanya untuk didapatkan saja tetapi juga harus didoakan agar tetap menjadi milik kita.
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu memeluknya (Usamah) dan Al-Hasan.
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berucap, “Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai mereka berdua, maka cintailah keduanya.” (HR. Bukhari no. 3747 dan Muslim no. 3735)
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Mam Fifi P. Jubilea (+62 813‑8943‑1070)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: