ENGGAK akan pernah nyesel bikin boarding school. Rasanya kayak punya anak banyak yang enggak pergi-pergi, alias nemenin aku di usia senja gini.
Bergantian ada yg boys ada yang girls. Ada yang kecil, ada yang agak dewasa.
Semuanya ngangenin. Ustaznya pinter bikin aku terharu, mereka suka nungguin mobil aku berlalu bahkan kalau aku pulang malam, mereka nungguin depan pintu ruangan kerjaku, sampai aku cepet-cepetin kerjanya agar mereka bisa tidur.
Aku tanya ke ustaznya, “stad, antum enggak usahlah suruh mereka nungguin saya. Suruh tidur sana.”
Ustaznya bengong, “mereka inisiatif sendiri ustazah, enggak ada yang suruh.”
Sayangnya kerasa.
Kalau soal penanaman jiwa leadership dan kemandirian serta ketangguhan lelaki. Di sini tempatnya. Diajarin bagaimana jadi lelaki sejati.
Dan yang saya perhatikan belajarnya enggak serius-serius amat tapi lulusannya diterima di mana-mana.
Ada anak yang telat masuk karena ketiduran tapi ternyata diterima di UI. Ada anak yang cuek ketika pelajaran Kimia tapi diterima di IPB, ada anak yang ngafalnya sampai ketiduran, ehh sekarang di Unibraw. Kok kamu keren sih nak.
Mungkin karena kelasnya kecil jadi bisa belajar sama guru kayak private gitu. Sekelas ada yang 16. Ada yang 14 ada yang 12. Kadang 8. Tergantung subject-nya apa.
Bahkan 3 juga diajarkan ketika ada anak yang mau ambil ujian IGCSE, Edexcell, British. UK. Math-nya agak beda caranya, jadi ketika pelajaran Math sekelas hanya bertiga itu saja yang diajarin.
Baca juga: Jakarta Islamic Boarding School (JIBS) Raih Juara di Horsebow National Open Competition
Bikin Boarding School
School like home banget. Kalau malam bisa belajar Fisika dengan sarungan karena udara gunung yang cukup dingin sambil nyeduh teh tarik BOA dari Malaysia, kebetulan guru ada yang baru pulang training dari Malaysia, biasanya anak-anak dapat bagian.
Leadeship anak-anak terbangun karena sifat kekeluargaan dan juga semua masalah dikembalikan ke anak, misal hukuman kalau gini atau gitu (kesalahan dalam melanggar aturan atau yang merugikan orang banyak) yang menentukan anaknya sendiri.
Apa yang diajarkan keseharian di boarding school kerasa banget ketika sudah keluar sekolah.
Bahkan suatu hari aku ke Turkye ada brosur nasi padang dan jualan rendang, pas aku telpon mau pesan, yang angkat aku sebut namanya yaa, “Aldo (murid SMU JIBBS), jadi haru. Mam mau pesan apa? Ini khan mam yang ajarin waktu kami sekolah dulu.“
Memang dapurku sebelahan sama mesjid tempat mereka ibadah dan dzikiran ..
jadi kalau aku masak pada nungguin depan kitchen.
Mam sayang kalian semua.
Enggak mudah jadi anak boarding. Dituntut ini itu tapi juga enggak boleh lepas keremajaannya.
Kalau mam balik Jakarta, balik ke Puncak, mam mau masakin sup buntut, tapi enggak deh, mam mau bikin bakso, ehh tapi spaghetty dengan saus tomat dari Australia enak juga lhoo, atauuu bubur ayam Singapore, hmm enggak deh enakan fetucinni dengan keju khusus Ausie ..
wahh bayangin mau masakin anak-anak saja sudah senang ..
Mau bicara apa lagi yaa. (edisi kangen; sambil ingat-ingat tingkah laku mereka).
Oh yaa ..
Dan mereka tangguh, bisa tidur di lantai, bisa di kasur empuk dan bisa jugaa di dalam tenda. Yang jelas anak boarding school itu tangguh dan mandiri.
Kangen Jisc Jibbs Jigsc
Pulang ah besok .. tapi Ben dan cucu gimana. Hehe
Ini namanya antara dua cinta.
Anak kandung dan anak didik ..
Semoga Allah jaga mereka semua di manapun mereka berada … aamiin yaa Mujibassailin
# Siap-siap beli cheese Ausie untuk dibawa pulang
# Sauce yang sedap-sedap untuk bikin spaghetty
Rasanya pengen sekalian bawa kambing dari Ausie
Haha..