KARENA bagi anak perempuan: “Ayah adalah cinta pertama.” Be careful wahai para ayah, please tinggalkan gadget-mu, raih putrimu.
Budaya orang Indonesia, kalau bicara soal anak, pasti ujung-ujungnya ibu. “Anak enggak mandi sore” maklum ibunya belum pulang kerja. “Anak enggak naik kelas” maklum ibunya sibuk.
“Anak berantem sama teman” maklum ibunya enggak perhatian. “Anak jatuh ” ibunya ke mana aja…?
Lalu, bila semua masalah anak dibebankan pada ibu, di mana peran bapak? Banyak orang menyebut hal ini sebagai “fatherless.”
Sedikit rahasia keluarga, Ibuku contoh anak yang fatherless, ayahnya tidak ada. Maka ketika ketemu ayahku yang notabene jauh lebih tua, ibu memeluk erat-erat dan sangat depends on my father.
Beliau ke suaminya (ayahku) seperti ke-ayahnya.
Jadi aku sebagai anak merasa ibuku anak sulung dan anak sulung ibuku adalah anak kedua.
Ayahku Alhamdulillah kebapakan banget dan jiwa superhero-nya tinggi, jadi beliau yang sesungguhnya punya anak 7 jadi seperti punya anak 8.
Lalu apa efeknya? Yaa, kami jadi tak punya contoh ibu, karena sang ibu memainkan peran sebagai anak, sebab beliau lama kehilangan bapak. Dan kami pun memahaminya dan seringkali mengalah demi ibu.
Jadi feeling fatherless itu forever sampai akhir hayatnya, ibuku meninggal dalam pelukan tangan kuat bapakku (sang super hero forever juga). Alhamdulillah ibuku ketemu suami yang baik dan kebapakan.
Baca juga: Fatherless Faktor Terbesar Anak Menjadi Lesbian
Ayah adalah Cinta Pertama Bagi Anak Perempuan
Tapi, apakah kita sendiri menerima bila ada anak perempuan kita yang kemudiannya menikah dengan lelaki yang jauh lebih tua, yang hampir seumur ayahnya atau omnya?
Karena dia mencari sosok ayah dan bukan sosok suami?!
Dan lagi, salah satu faktor terbesar lesbian yang sekarang lagi menimpa anak-anak remaja putri Indonesia, adalah “hilangnya peran ayah.” Karena bagi anak perempuan “Ayah adalah cinta pertama.”
Bila hal itu hilang, maka dia sangat mudah diperhatikan oleh type masculine Lesbian yang utamanya lebih perhatian dan lembut dan mengayomi daripada lelaki biasa.
Be careful wahai para ayah, please tinggalkan gadget-mu, raih putrimu.
LGBT story, pertama kali ini adalah tentang Fatherless salah satu faktor terbesar anak menjadi lesbian -Kak Sinyo quote- Dan buat saya, ini adalah masalah serius.
#CatatanPrincipal003 *Penulis adalah Founder, Owner, Conceptor n Trainer Jakarta Integrated International Islamic School & Jakarta Islamic Boys Boarding School.
(Catatan Mam Fifi, Agustus 2017)
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: