PAHLAWAN selalu dikenang di setiap momen HUT Kemerdekaan RI. Tapi, ada juga yang kerap terlupakan. Padahal, jasa mereka begitu besar.
Sejumlah pahlawan berikut ini kerap terlupakan di momen hari Kemerdekaan RI. Padahal, mereka begitu berjasa. Antara lain:
Satu, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi.
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi merupakan tokoh ulama yang kala itu menjadi sentral majelis dzikir Kwitang, Jakarta Pusat.
Beliaulah yang begitu berperan mengerahkan segala potensi untuk memproklamirkan kemerdekaan RI. Antara lain, penentuan tanggal dan hari kemerdekaan.
Habib Alilah yang meminta agar tanggal 9 Ramadan 1364 hijriyah sebagai hari penting itu. Hari itu juga bertepatan dengan sayyidul ayyam atau Hari Jumat.
Jika dibuatkan simbol, tanggal 9 Ramadan merupakan hari ke-9 dan bulan ke-9 hijriyah. Atau kalau dibentuk angka menjadi 99. Angka ini merupakan simbol dari Asmaul Husna.
Hari Jumat, bulan Ramadan, dan simbol tanggalnya sebagai Asmaul Husna. Hari itu juga bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1945.
Dua, Faradj bin Said bin Awadh Martak.
Selama ini orang hanya mengetahui bahwa tempat diproklamasikan kemerdekaan di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Di rumah itu pula Bung Karno dan keluarga tinggal.
Siapa sebenarnya pemilik rumah bersejarah itu? Beliaulah Faradj bin Said bin Awadh Martak atau biasa disingkat Faradj Martak. Beliau juga seorang paman dari Yusuf Martak, salah seorang pimpinan gerakan 212.
Faradj merupakan seorang pengusaha Indonesia keturunan Yaman. Beliau juga dikenal dekat dengan Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi.
Tiga, AR Baswedan
Jarang orang yang mengetahui kepanjangan dari AR Baswedan. AR adalah Abdurrahman. Beliaulah yang berjasa melobi sejumlah negara Islam untuk mengakui kemerdekaan RI.
Saat itu, sekutu merasa masih di atas angin. Hal ini karena syarat bisa merdeka bukan hanya pernyataan sepihak dari negara yang merdeka. Tapi juga adanya pengakuan dari beberapa negara lain, setidaknya tiga negara.
Saat itu, tidak mudah melobi negara untuk berani mengakui kemerdekaan RI. Karena hal itu sama saja dengan pernyataan permusuhan dengan pihak sekutu yang pada Agustus itu menjatuhkan bom atom di Jepang.
Karena kesamaan akidah itulah, negara-negara Islam rela mengorbankan diri sendiri demi untuk mendukung kemerdekaan RI.
Negara-negara yang mengakui tersebut adalah Mesir, Arab Saudi, Suriah, Irak, Lebanon, Palestina, dan Turki.
Pemilihan sosok Abdurrahman Baswedan bukan tanpa alasan. Selain karena keturunan Arab, kakek Anies Baswedan ini juga menguasai banyak bahasa dan memiliki kemampuan diplomasi yang mumpuni.
Selama berbulan-bulan Abdurrahman Baswedan berkeliling ke negara-negara Islam. Hal itu karena transportasi yang bisa dipakai adalah kapal laut.
Bayangkan, proklamasi kemerdekaan pada bulan Agustus, pengakuan Mesir ditandatangani pada Maret satu tahun kemudian. Berikutnya, menyusul Arab Saudi dan seterusnya.
Empat, KH Hasyim Asy’ari.
Hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari merupakan tokoh di balik perlawanan pada tanggal 27 Oktober hingga 20 November 1945, selain Bung Tomo.
Beliaulah yang mengetahkan ribuan santri di wilayah Jawa Timur untuk ikut berjuang membendung kedatangan pasukan Inggris dari tiga penjuru: darat, laut, dan udara.
Peperangan memang tidak seimbang karena perimbangan senjata yang sangat tidak memadai. Tapi, perang yang berlangsung sekitar tiga pekan ini setidaknya mengabarkan pada dunia bahwa Indonesia masih bisa melakukan perlawanan yang sengit. [Mh]