ULFA Mutia, menjadi sosok wanita inspiratif penggerak program pemberdayaan pemuda produktif di Aceh. Ia saat ini menajabat sebagai Kepala Kantor Rumah Gemilang Indonesia (RGI) Kampus Aceh.
Bergabungnya Ulfa di LAZ Al Azhar dan RGI bermula saat bencana gempa bumi yang menimpa Aceh pada tahun 2016 silam.
Kala itu Ulfa menjadi relawan lokal dan membantu tim Formula LAZ Al Azhar dalam melakukan aksi kemanusiaan di lokasi bencana.
Baca Juga : LAZ Al Azhar Cilacap Bagikan Ribuan Paket Sembako untuk Keluarga Dhuafa
Sosok Inspiratif Penggerak Pemberdayaan Pemuda Produktif di Aceh
Kecintaannya di dunia sosial telah mengantarkan Ulfa untuk bergabung menjadi Amil LAZ Al Azhar. Sebelumnya wanita asli kelahiran Aceh ini sudah aktif menjadi tenaga pengajar ibu-ibu buta aksara di daerahnya. Komunitas sosial pun telah didirikan keluarganya untuk membantu masyarakat sekitar.
Ulfa mengungkapkan kesempatan pertama di perolehnya di RGI Depok dengan menjadi pendamping asrama sekaligus pengembangan santri.
Kemudian dipindah tugaskan untuk mulai membuka kampus baru di Surabaya dan menjadi Kepala RGI Surabaya juga manajemen.
“Amanah baru mulai saya dapatkan sekitar tahun 2018, saat itu saya diminta untuk kembali membuka kampus baru di Aceh. Dari akhir 2017 itu mulai menyusun segala sesuatu terkait persiapan pembukaan RGI Aceh mulai dari RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan lainnya,” kenangnya.
RGI Kampus Aceh yang bekerjasama dengan YBM PLN kemudian diresmikan bertepatan dengan Hari Pahlawan. Setelah peresmian Ulfa terus berjuang untuk menyosialisasikan program RGI Aceh sekaligus mengajak pemuda-pemudi di sana untuk belajar. Ruangan yang awalnya hanya ruangan kosong tersebut menjadi saksi ikhtiar tim mencari santri.
“Bulan Juli mulai dibuka tahun pertama kegiatan diklat RGI Aceh. Kami keliling kampung bermodalkan sepeda motor untuk mencari santri. Door to door dari rumah ke rumah dan ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan program diklat RGI dengan dua jurusan saat itu yaitu otomotif dan tata busana,” ungkapnya.
Pada tahun pertama, Ulfa juga membantu mengajar para santri RGI tentang keagamaan. Tahun pertama pembukaan kelas RGI Aceh dirasakan cukup berat karena harus menghadirkan rasa percaya untuk para santri maupun orang tua santri.
“Masya Allah banget buat tahun pertama pembukaan RGI ini, santri yang dibina dan dididik ini kan berasal dari pedalaman jadi harus mengerti bahasa dan kebiasaan mereka. Belum lagi di Aceh sendiri cukup kental di bidang keagamaan, rasanya ada tantangan tersendiri buat kita memberikan pelajaran tentang agama kalau kita enggak pinter berkomunikasi dan melihat psikologis mereka kita akan sulit untuk diterima,” ungkapnya.
Empat tahun berjalan, santri RGI telah meluluskan sekitar 300 orang dengan 80 % telah bekerja dan hidup mandiri.
Mereka telah diterima di beberapa perusahaan seperti PLN, Telkom, dan membuka usaha sendiri seperti membuka bengkel dan membuka usaha menjahit.
Hal ini menjadi salah satu kebanggaan bagi Ulfa, karena bisa menjadi jembatan membantu pemuda-pemudi Aceh hidup lebih mandiri.
“RGI sendiri bagi saya itu rumah, dimana saya enggak hanya mendidik santri tapi aku juga mendidik diri sendiri. Karena saya merasa selama berada di RGI ini enggak hanya saya yang memberikan ilmu tapi mereka juga memberi pelajaran buat saya gimana mereka bisa kuat, mereka sabar jauh dari keluarga, dan masih banyak hal-hal yang bisa membuat aku bersyukur terus,” katanya.
Bagi Ulfa, arti dari seorang instruktur itu memiliki pengaruh yang luar biasa. Suksesnya santri menjadi suksesnya instruktur dalam menjalankan peran dalam mendampingi, membina dan mendidik santri.
“Waktu kita menjadi instruktur kita bisa tahu psikologis anak dengan detail tingkat pemahaman mereka. Apalagi sebagian besar santri RGI memiliki latar pendidikan yang putus sekolah dan berasal dari pelosok, ini kan menjadi tantangan instruktur untuk mencetak mereka agar memiliki skill yang bisa dimanfaatkan setelah lulus dari RGI ini,” pungkasnya.
Baca Juga : LAZ Al Azhar Gelar Kegiatan Bimbingan Teknis Ikrar dan Sertifikasi Halal
Harapan ke depan untuk program RGI di Aceh tidak hanya ada di satu titik saja, karena setiap tahun banyak calon santri yang terpaksa ditolak karena kuota yang terbatas.
Dengan hadirnya RGI Aceh di banyak lokasi semoga ini menjadi jalan bersama untuk menebar manfaat semakin luas. [wmh]