• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Senin, 16 Juni, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Healthy

Kenali Tren Mouth Taping yang Sedang Ramai Dibicarakan

Juni 10, 2025
in Healthy
Kenali Tren Mouth Taping yang Sedang Ramai Dibicarakan

Foto: Pinterest

70
SHARES
536
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

BELAKANGAN ini tren mouth taping sedang viral di media sosial. Tren menutup mulut menggunakan lakban saat tidur ini, diyakini dapat menghilangkan kebiasaan mendengkur, membiasakan diri bernapas melalui hidung (udara yang masuk diyakini lebih hangat, tersaring, dan lembab).

Selain itu, diyakini mengurangi keluhan-keluhan akibat bernapas dari mulut (mengurangi bau mulut, mulut kering, hingga gigi berlubang). Ada juga yang meyakini bahwa mouth taping dapat mengubah struktur rahang dan dagu.

Suara mendengkur dihasilkan dari getaran jaringan-jaringan lunak pada saluran napas atas selama tidur. Normalnya saat tidur, tonus otot berkurang, sehingga jaringan menjadi lebih rileks.

Ketika aliran udara melewati jaringan tersebut, terjadi getaran yang terdengar sebagai suara mendengkur. Biasanya mendengkur terjadi selama menarik napas (inspirasi), namun dapat terjadi juga saat membuang napas (ekspirasi).

Fenomena mendengkur lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita. Pada umumnya, mendengkur sesekali itu tidak berbahaya, tapi patut diwaspadai dan dicari tahu penyebabnya apabila terjadi secara terus-terusan.

Mendengkur merupakan salah satu gejala paling sering dari obstructive sleep apnea (OSA). Baik mendengkur dan OSA, keduanya sama-sama terjadi hambatan saluran napas atas, tapi letak perbedaannya terdapat pada derajat berat dan gangguan kesehatannya.

Baca juga: Apa Itu Sleep Tourism dan Simak Beberapa Manfaatnya

Kenali Tren Mouth Taping yang Sedang Ramai Dibicarakan

Pasien dengan OSA setidaknya memiliki minimal lima episode (tiap jam) henti napas atau napas yang dangkal selama tidur (minimal 10 detik per episodenya), disertai minimal satu gangguan di bawah ini:

Rasa mengantuk pada siang hari, episode tidur tidak disengaja, kelelahan tidur, atau insomnia

Bangun dengan menahan napas, terengah-engah, atau perasaan tercekik

Terdapat suara mendengkur keras, gangguan pernapasan, atau keduanya selama tidur (dilaporkan oleh rekan tidur)

Banyak penyebab yang memungkinkan terjadinya OSA, di antaranya:

Kelainan struktur hidung—pembatas hidung yang bengkok (deviasi septum), pembengkakan jaringan lunak dalam hidung (hipertrofi konka)

Kelainan struktur mulut—lidah besar (makroglossia), pembesaran amandel, pembengkakan langit-langit mulut, pembengkakan dinding tenggorokan

Kelainan rahang—rahang bawah yang terlalu mundur (retrognathia), rahang bawah kecil (mikrognathia)

Gangguan endokrin

Gangguan saraf

Kelainan genetik

Sedangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya OSA, yakni obesitas, usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, posisi tidur telentang, kehamilan, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan penggunaan obat-obatan hipnotik sedatif.

Standar baku untuk mendiagnosis OSA, yaitu dengan polisomnografi yang dilakukan selama tidur. Selama pemeriksaan, dilakukan pencatatan dan perekaman gelombang otak, gerakan bola mata, detak jantung, pernapasan, kadar oksigen, dan gerakan otot.

Faktanya, hingga saat ini hanya ada sedikit bukti mengenai manfaat mouth taping. Setidaknya ada dua penelitian skala kecil saja yang menyatakan terdapat sedikit perbaikan kondisi klinis pada penderita OSA derajat ringan—yang satu dengan mouth taping saja, yang satu dengan mouth taping disertai mandibular advancement device (MAD).

Namun hasil tersebut tidaklah signifikan. Pada penelitian-penelitian lainnya, tidak ditemukan adanya manfaat mouth taping terhadap OSA.

Belum ada penelitian yang menyatakan mouth taping dapat memperbaiki struktur rahang ataupun wajah seperti yang diyakini di media sosial.

Bagaimana dengan keyakinan bahwa penggunaan mouth taping membuat udara yang masuk saluran napas diyakini lebih hangat, tersaring, dan lembab?

Pernyataan tersebut masuk akal untuk dipikirkan, terutama pada orang-orang dengan saluran napas yang hipersensitif terhadap alergen—seperti pada pasien asma.

Namun, faktanya dalam penelitian yang dilakukan Cooper (2009)—yang membandingkan 25 penderita asma yang menggunakan mouth taping dan 25 penderita asma yang tidak menggunakan mouth taping—tidak terbukti adanya perbaikan klinis pada subjek penelitian.

Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Efek samping yang pernah dilaporkan dari penggunaan mouth taping, termasuk rasa cemas saat mulut ditutup, rasa tidak nyaman atau kesulitan bernapas melalui hidung, iritasi pada atau sekitar mulut, rasa nyeri saat melepaskan lakban dari mulut, dan kesulitan tidur karena rasa tidak nyaman akibat penggunaan lakban atau bernapas melalui hidung.

Bahkan terdapat beberapa penelitian yang secara tegas memperingatkan adanya risiko kekurangan oksigen dalam darah (hipoksemia), gangguan penghantaran oksigen ke jantung dan otak, hingga mati lemas (asfiksia) pada kondisi adanya sumbatan hidung jika disertai penggunaan mouth taping.

Oleh karena bukti manfaat yang masih kurang, hingga saat ini belum ada asosiasi kedokteran apapun yang merekomendasi penggunaan mouth taping.

Juga masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat tren ini. Tren mouth taping yang sedang populer di media sosial ini banyak dikritik oleh para ahli, karena terlalu menyepelekan gangguan tidur yang kompleks serta dapat menunda diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Para ahli merekomendasikan pengobatan yang memang sudah terbukti bermanfaat, seperti penggunaan mesin CPAP (pada pasien OSA), nasal strip (pada pasien dengan sumbatan hidung), dan lainnya.

Sebelum memutuskan untuk mengikuti tren ini, ada baiknya konsultasikan pada dokter dulu—apalagi bila memiliki faktor risiko atau kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan OSA.

Jangan mudah ikut-ikutan tren apapun sebelum mencari tahu manfaat yang terbukti secara ilmiah dan risiko fatal yang mungkin dapat ditimbulkan. [Din]

Tags: Kenali Tren Mouth Taping yang Sedang Ramai Dibicarakan
Previous Post

Penguasa Sombong Ini Hancur dengan Makhluk Allah yang Kecil dan Lemah

Next Post

13 Pokok Pendidikan Rasulullah kepada Generasi Sahabat

Next Post
13 Pokok Pendidikan Rasulullah kepada Generasi Sahabat

13 Pokok Pendidikan Rasulullah kepada Generasi Sahabat

Ruben Onsu Jalankan Idul Adha Pertamanya Setelah Memeluk Islam

Ruben Onsu Jalankan Idul Adha Pertamanya Setelah Memeluk Islam

Cerdas Itu Tak Cuma di Otak

Jangan Kepoin Orang Lain

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga