INDUSTRI fashion telah lama menjadi sorotan karena dampak negatifnya terhadap lingkungan, terutama melalui konsep fast fashion yang mendorong produksi pakaian massal dengan siklus tren yang cepat.
Keresahan akan hal tersebut kemudian memunculkan gerakan slow fashion, yang menawarkan pendekatan lebih berkelanjutan dalam produksi dan konsumsi pakaian.
Pendekatan ini tidak hanya mengedepankan kualitas dan umur produk pakaian, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan, termasuk dalam pengurangan limbah.
Menerapkan prinsip slow fashion, tidak hanya bermanfaat bagi konsumen dalam hal kualitas dan keawetan pakaian, tetapi juga memberikan dampak positif signifikan terhadap lingkungan.
Baca juga: Fairuz A Rafiq Bagikan Gaya Busana Muslim yang Menjadi Fashion Statementnya
Slow Fashion dapat Membantu Menyelematkan Lingkungan
Berikut ini beberapa manfaat penerapan slow fashion pada lingkungan, seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Pengurangan Limbah Tekstil
Fast fashion mendorong konsumen untuk sering membeli dan membuang pakaian yang berkontribusi pada peningkatan limbah tekstil.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 2,3 juta ton limbah pakaian setiap tahun, setara dengan 12% dari total limbah rumah tangga.
Hanya 0,3 juta ton yang berhasil didaur ulang, sementara sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa pengelolaan yang memadai.
Sementara slow fashion mempertahankan produksi pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, sehingga mengurangi frekuensi pembelian dan pembuangan pakaian. Dengan demikian, jumlah limbah tekstil yang dihasilkan dapat diminimalisir.
Pengurangan Emisi Karbon
Produksi massal pakaian dalam fast fashion melibatkan proses yang menghasilkan emisi gas rumah kaca secara signifikan.
Industri tekstil dan pakaian menyediakan sekitar 10% dari emisi gas rumah kaca global. Bahkan, mencuci pakaian melepaskan 500.000 ton serat mikro ke laut setiap tahunnya, setara dengan 50 miliar botol plastik.
Sebaliknya, slow fashion mengutamakan penggunaan bahan berkelanjutan dan proses produksi ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon dan limbah.
Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan
Slow fashion mendorong penggunaan bahan organik, daur ulang, atau bahan yang diproduksi secara berkelanjutan.
Hal ini mengurangi ketergantungan pada bahan sintetis yang sulit terurai dan berpotensi mencemari lingkungan. Selain itu, penggunaan bahan alami tanpa perawatan kimia mengurangi polusi udara dan tanah.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dukungan terhadap Produksi Lokal
Slow fashion biasanya mendorong produksi dan perajin lokal. Dengan mendukung produsen lokal, kita dapat mengurangi jejak karbon, transportasi terkait, dan mendukung ekonomi lokal.
Penerapan Daur Ulang dan Pemanfaatan Ulang
Dalam penerapan slow fashion, kita akan lebih memilih daur ulang dan pemanfaatan ulang pakaian, dibandingkan membeli yang baru.
Misalnya, memanfaatkan pakaian yang ada di lemari atau melakukan thrifting pakaian. Dengan cara tersebut, kita dapat mengurangi jumlah pakaian yang dibuang dan memperpanjang siklus hidup produk tekstil. [Din]