PKS akhirnya sukses melakukan deklarasi dukungan resmi terhadap Anies Baswedan. Deklarasi dilakukan hanya beberapa hari setelah Dubes AS berkunjung ke PKS.
Ada yang menarik dari isi pidato sambutan Anies Baswedan saat berada di forum Majelis Syuro dan DPP PKS di Jakarta, Kamis (23/2). Saat itu Anies menyatakan kesediaannya dicalonkan oleh PKS sebagai bakal calon Presiden di Pemilu 2024 mendatang.
Menurut Anies, ia mengapresiasi deklarasi dukungan PKS terhadap dirinya. Meskipun, masih menurutnya, mungkin ada tekanan dan ancaman dari pihak tertentu.
Anies memang tidak menyebut tekanan dan ancaman seperti apa yang ia bayangkan dialami PKS. Tapi ia yakin bahwa sudah terjalin kesenyawaan antara dirinya dengan PKS yang terbangun sejak tahun 2016 di Pilkada DKI.
Sinyalemen tentang tekanan dan ancaman yang diungkapkan Anies itu, boleh jadi juga yang dialami Nasdem. Begitu santer di media bahwa ada pihak yang meminta agar Nasdem dikeluarkan dari koalisi pemerintahan saat ini.
Dan pemanggilan salah satu menteri Nasdem oleh Kajagung terhadap kasus tertentu mengindikasikan adanya tekanan dan ancaman itu.
Namun, PKS bukan salah satu dari anggota koalisi di pemerintahan saat ini, seperti yang dialami Nasdem. Boleh jadi, ada tekanan dan ancaman dalam bentuk lain yang tidak zhahir di publik.
Boleh jadi, bukan tanpa alasan jika isu radikalisme terus digaungkan. Seolah-olah, ada kelompok Islam baik itu ormas maupun partai yang berada dalam ‘bendera’ yang distigmakan itu: radikalisme.
Dalam pentas global, isu ini sebenarnya bukan barang baru. Itulah yang disebut dengan agenda Islamophobia, atau menghembuskan aroma buruk tentang komunitas Islam agar terjadi pembusukan dan pelemahan.
Walaupun, agenda busuk itu sudah tidak lagi menjadi arus utama global. Bahkan sebagian besar kekuatan dunia sudah lama meninggalkannya.
Hal itukah yang dimaksud dengan tekanan dan ancaman yang dialami PKS? Rasanya, dugaan itu tidak salah-salah amat.
Analisis ini dikuatkan dengan kunjungan Dubes AS ke kantor DPP PKS beberapa hari lalu. Bahkan sebagian analis menduga bahwa kunjungan tersebut sebagai ‘jaminan’ bahwa PKS akan aman-aman saja jika melakukan deklarasi terhadap Anies.
Kunjungan Dubes AS itu bisa dibilang sebagai bahasa pamungkas dari Amerika. To The Point. Atau, tidak perlu lagi ditafsirkan apa yang diisyaratkan Amerika terhadap Anies Baswedan.
Karena dalam bahasa yang lebih lunak, biasanya bukan Dubes AS yang bermanuver. Mungkin ‘sekadar’ Dubes Singapura, Australia, atau lainnya. Tapi, ini langsung Dubes AS.
Seperti itukah tekanan dan ancaman yang dimaksud oleh Anies Baswedan terhadap PKS? Tapi, Anies juga mengisahkan perjalanan baiknya saat bersama-sama PKS di Pilkada DKI lalu.
Ketika dalam kebersamaan dengan PKS itu, publik menurut Anies bisa menyaksikan sendiri bagaimana terciptanya keharmonisan dan kedamaian di tengah-tengah masyarakat DKI Jakarta, tidak seperti yang terjadi di pemda sebelumnya.
Dan seperti itu pula tampaknya, cita-cita yang ingin diwujudkan Anies Baswedan dalam koalisi perubahan dengan partai-partai pengusungnya termasuk PKS di pemerintahan pasca 2024 mendatang. [Mh]