ChanelMuslim.com – Sahabat Muslim bisa belajar berdiplomasi dari Al-Mughirah bin Syu’bah. Beliau adalah seorang sahabat Rasulullah yang dikenal sebagai seorang yang cerdik dan pandai dalam melakukan diplomasi.
Baca Juga: Adu Diplomasi di Kisah Hijrah ke Negeri Habasyah
Al-Mughirah bin Syu’bah Berdiplomasi dengan Panglima Rustum
Kecerdikannya bisa dilihat ketika beliau melakukan diplomasi dengan Panglima Besar Rustum.
Mengutip buku berjudul “Pejuang dan Pemikir Islam dari Masa ke Masa” yang ditulis oleh Abdul Latif dan Hidayatullah, saat itu Sa’ad bin Abi Waqqash diutus oleh Umar bin Khattab untuk menaklulkkan Parsi.
Sa’ad pun memerintahkan Al-Mughirah untuk melakukan diplomasi dengan Kepala Militer Pasukan Negeri itu, Panglima Besar Rustum untuk mengetahui kekuatan pasukan Parsi.
Al-Mughirah pun melakukan perjalanan dengan beberapa pendampingnya. Sesampainya di wilayah perkemahan pasukan Parsi, pandangannya terhenti pada sebuah kemah besar dan megah berhiaskan ornamen-ornamen khas Parsi yang terbuat dari logam-logam pilihan.
Selain itu, dikelilingi oleh para tentara bertubuh besar dan kekar yang mengenakan seragam khusus dengan pedang terhunus.
Namun, hal tersebut tidak membuat nyali Al-Mughirah terciut. Beliau pun menghampiri kemah Panglima Rustum.
Al-Mughirah pun terus berjalan, sehingga makin dekat dengan singgasana sang panglima.
Baca Juga: Diplomasi Perubahan Iklim di Indonesia
Melintasi Permadani Empuk
Beliau melintasi permadani empuk dan indah bertahtakan benang emas yang terhampar di tengah-tengah perkemahan megah itu.
Akhirnya, Al-Mughirah sampai di depan diwan empuk yang terbuat dari anyaman benang emas sebagai singgasana Panglima Rustum.
Al-Mughirah pun langsung duduk di samping panglima besar itu tanpa langsung menghadap. Melihat itu, para pengawal dan pembesar militer terkejut karena Al-Mughirah langsung duduk tanpa rasa takut dan tidak menggunakan etika yang berlaku.
Mereka segera menghampiri Al-Mughirah dan memintanya segera turun dari diwan empuk tersebut dan mempersilakannya duduk di atas permadani yang dibentangkan khusus untuk para tamu kerajaan.
Sambil berjalan menuju permadani, Al-Mughirah berkata, “Menurut informasi yang kami dapat, kalian adalah bangsa yang mempunyai kecerdasan intelektualitas yang tinggi. Akan tetapi, pada kenyataannya, saya belum melihat suatu kaum yang lebih bodoh dari kalian.
Kami adalah Kaum Muslim yang menganut kesamaan derajat manusia di mata Tuhan. Di antara kami tidak ada yang saling memperbudak.” [Cms]
(Bersambung pada bagian kedua)