ChanelMuslim.com- Berita memprihatinkan datang dari Rumah Sakit Dr. Sardjito Jogjakarta. Pada Sabtu lalu (3/7) sebanyak 33 pasien meninggal dunia karena ketiadaan stok oksigen di rumah sakit.
Darurat wabah Covid di negeri ini akhirnya mengungkapkan banyak cerita keprihatinan. Meski sudah satu setengah tahun wabah asal Cina ini ada di Indonesia, persoalan sarana kesehatan masih jauh dari kata mapan.
Salah satunya tentang krisis gas oksigen untuk medis. Apa yang terjadi di RS Dr. Sardjito itu bisa dibilang sebagai tamparan betapa negeri ini harus banyak berbenah.
Menteri Kesehatan pun mengungkapkan data kebijakan peruntukan gas oksigen selama ini. Bahwa dari kapasitas produksi yang ada, jatah untuk industri sebesar 75 persen. Sementara untuk medis sebesar 25 persen.
Pertanyaannya, bukankah krisis kesehatan sudah berlangsung satu tahun lebih, tapi kenapa kebijakannya masih biasa saja?
Meski kebijakan ini dikabarkan akan mengalami perubahan sebagai tanggap darurat. Yaitu, untuk industri 10 persen, dan 90 persennya untuk keperluan medis. Tapi, pelaksanaannya kan butuh waktu yang tidak sejenak.
Sementara, kebutuhan gas oksigen untuk medis saat ini sudah menjadi momok di kalangan masyarakat bawah yang mau tidak mau harus “gerilya” mencari keberuntungan ada tidaknya gas tersebut untuk keperluan perawatan keluarga. Dan itu terjadi hari ini, jam ini.
Laporan masyarakat di bawah juga tidak kalah memprihatinkan. Mereka mengeluhkan bukan hanya soal kelangkaan. Tapi juga soal harga yang naik dari dua hingga tiga kali lipat dari harga normal.
Jangan pernah lihat kematian hanya sebagai data statistik atau angka-angka. Dalam kasus di RS Dr. Sardjito itu, angka 33 adalah jumlah kematian manusia. Mereka adalah orang tua, kakak atau adik, guru, kerabat, atau sahabat karib kita.
Lonjakan pasien Covid hingga saat ini masih terus naik. Rekor demi rekor terjadi. Semoga, hanya masalah gas oksigen yang menjadi sorotan. Bukan sarana kesehatan lain yang ternyata juga terabaikan. [Mh]