ANTREAN menjadi fenomena baru satu bulan belakangan ini. Puncaknya, tiga hari terakhir ini.
Umumnya warga saat ini akhirnya membiasakan diri dalam antre. Awalnya antre dilakukan oleh sebagian besar emak-emak untuk mendapatkan minyak goreng harga normal.
Namun kini, antrean bukan hanya tentang minyak goreng. Melainkan juga, bensin, solar, dan entah apa lagi nantinya.
Tentang minyak goreng, antrean memang bukan lagi untuk memperoleh yang kemasan. Tapi untuk memperoleh yang curah. Biasanya, ini dilakukan oleh usaha kecil rumahan seperti pedagang gorengan.
Di Cirebon, antrean untuk dapat minyak goreng curah bahkan butuh hampir setengah hari. Mereka umumnya pedagang gorengan yang butuh sekitar 36 liter untuk satu pekan berdagang.
Mereka membawa dirigen ukuran 40 liter ke agen sejak selepas tarawih. Dirigen-dirigen dari sekian banyak pemilik disusun begitu rapih agar tidak saling curang.
Sekitar jam 10 malam, mereka sudah siap di lokasi antrean. Ada yang membawa bekal makanan untuk sahur. Padahal, agen baru buka pada pagi hari.
Begitu pun yang terlihat di Kulonprogo Yogyakarta. Ratusan ibu-ibu antre di sepanjang jalan menuju kios agen minyak goreng curah. Umumnya mereka sebagai pelaku usaha kecil dan rumahan.
Kenapa harus antre? Karena harga di agen dipatok dalam harga eceran tertinggi sebesar Rp 15.500 per liter. Sementara harga jenis kemasan sebesar Rp 25.000 per liter. Itulah yang membuat mereka rela antre.
“Sedih, ya. Habis mau gimana lagi?” ucap salah seorang ibu yang rela berpanas-panasan antre.
Dari sudut yang lain, ada antrean panjang truk menuju SPBU. Paling cepat empat jam mereka baru bisa dapat giliran membeli solar. Itu pun kalau nggak kehabisan.
Dan dua hari terakhir ini, para pengemudi truk yang antre kini juga ditemani pengendara mobil umum. Mereka antre untuk mendapatkan bensin jenis pertalite yang kini mulai langka.
Begitu pun dengan pengendara sepeda motor yang akhirnya juga ikut dalam antrean panjang. Mereka antre untuk mendapatkan bensin pertalite yang masih dengan harga lama sebesar Rp 7.600.
Antrean di pom bensin ini terjadi setelah jenis pertamax naik menjadi Rp 12.500 dari harga sebelumnya sebesar Rp 9.000.
Bangsa Indonesia yang sebelumnya dikenal umumnya susah untuk diajak antre, kini mau nggak mau ikut tertib antre. Ya kalau nggak mau antre, nanti bisa nggak dapat barang yang akan dibeli. Masalahnya, itu barang kebutuhan pokok.
Syukurnya, semua peristiwa serba antre itu berlangsung seiring dengan masuknya Bulan Suci Ramadan. Dan orang yang berpuasa wajib sabar.
Mungkin, mereka yang bertugas menaikkan harga-harga itu paham betul dengan hikmah Ramadan. Dan hikmah utamanya adalah sabar dan menahan nafsu.
Ya, mau apa lagi. Petik saja hikmahnya. Yaitu, belajar sabar dalam antrean. Antrean panjang yang mungkin saja sangat merugikan, dari waktu dan tentu saja tenaga. [Mh]