REZEKI burung itu unik. Mereka keluar dari sarang dalam keadaan lapar. Sementara pulangnya dalam keadaan kenyang.
Tentang rezeki itu memang gak gampang diimani. Meskipun secara teori kita paham bahwa rezeki sudah Allah atur, sudah Allah jamin; tapi tetap saja lebih banyak gelisahnya daripada tenangnya.
Kenapa? Tentu banyak jawaban yang bisa diungkapkan. Tapi yang utama karena iman yang belum sempurna.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan, “Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, hadis hasan shahih)
Sebagian orang ada yang berkilah. “Ya bedalah dengan burung. Burung kan nggak beli minyak goreng, nggak bayar listrik, nggak bayar cicilan, nggak bayar sekolah, gas, bensin, dan lain-lain!”
Jawaban dari kilah ini sederhana: ya jelas saja beda, burung kan nggak punya akal dan kelengkapan canggih lain seperti yang dimiliki manusia.
Artinya, kalau burung yang tidak memiliki apa yang begitu lengkap dimiliki manusia saja bisa tawakal, kenapa kita nggak.
Allah subhanahu wata’ala sudah begitu adil mengukur modal dan beban setiap makhlukNya. Kalau bebannya lebih berat seperti manusia, modal kelengkapannya juga sudah disediakan sempurna.
Seorang ulama bernama Abu Hazim Salamah bin Dinar pernah ditanya tentang kenaikan harga barang-barang. Gimana ya Syaikh tentang ini?
Dengan tenang beliau menjawab, “Yang memberikan rezeki di saat harga normal adalah Allah subhanahu wata’ala. Begitu pun di saat harga-harga naik. Kenapa kita harus risau?”
Tentu, kata kuncinya dua: tawakal dan ikhtiar. Burung mencari rezeki dengan mengoptimalkan potensi yang ia punya. Mulai dari sayap, pandangan yang jauh, dan lainnya. Ia pun bergerak dalam bingkai tawakal kepada Allah.
Tapi yang sederhananya: burung selalu keluar sarang di pagi hari, dan sorenya kembali. Nah, setidaknya itu juga yang harus kita lakukan: bergerak di pagi hari dan tawakal.
Masalahnya, tawakal kita tak sehebat tawakal burung. Lagi-lagi, kuncinya ada pada kata: iman. Padahal, kita lahir tanpa membawa apa-apa, dan tak mengenakan apa-apa. Allah yang menjamin semuanya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya.” (QS. Ath-Talaq: 8) [Mh]