SAAT Kanada mendekati pemilihan federalnya pada tanggal 28 April, warga Muslim Kanada menyerukan kepada para pemimpin politik untuk bergerak melampaui gerakan simbolis dan mengadopsi kebijakan konkret untuk memerangi Islamofobia dan menegakkan hak asasi manusia baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dikutip dari aboutislam.net, Urgensi ini bermula dari tren yang mengkhawatirkan. Kanada saat ini memegang rekor suram sebagai negara G7 terdepan dalam pembunuhan yang ditargetkan terhadap Muslim, termasuk penembakan masjid Quebec tahun 2017 dan serangan kendaraan bermotor tahun 2021 terhadap sebuah keluarga Muslim di London, Ontario.
Meskipun terjadi tragedi ini, Islamofobia kurang mendapat perhatian dalam debat pemilu. Muslim Kanada tengah mencari komitmen nyata pada isu-isu seperti strategi nasional untuk memerangi Islamofobia, tindakan konkret terhadap kejahatan kebencian, dan sikap yang jelas terhadap hak asasi manusia global, khususnya terkait Gaza.
Mewakili komunitas yang beranggotakan hampir 1,8 juta orang, dengan 200.000 pendukung NCCM, Sheet menyatakan kekhawatiran bahwa sentimen anti-Muslim yang meningkat diabaikan.
Baca juga: KOMS Indonesia Gelar Aksi Solidaritas untuk Palestina Bertema #INAforPalestINA
Umat Muslim Kanada Serukan Aksi Memerangi Islamofobia dan Tegakkan HAM
Ia menunjuk pada pengaruh politik AS terutama kebijakan mantan Presiden Trump yang menargetkan Muslim dan Palestina sebagai tanda peringatan bagi warga Kanada.
Kita menyaksikan dengan ngeri apa yang terjadi dengan pemerintahan Trump di seberang perbatasan.
Itu berarti kita harus berjuang keras untuk memastikan ide-ide tersebut tidak berakar di sini, entah kita berbicara tentang larangan Muslim, aneksasi Gaza, atau serangan berbahaya lainnya terhadap kebebasan sipil.
Kekhawatiran juga meluas ke lembaga-lembaga Kanada sendiri. The Advocates’ Society baru-baru ini membatalkan acara ceramah yang menampilkan advokat perdamaian Suriah Tareq Hadhad setelah ia mengecam perang Israel di Gaza.
Meskipun kelompok tersebut kemudian meminta maaf, insiden tersebut mencerminkan meningkatnya intoleransi terhadap suara-suara pro-Palestina. [Din]