ChanelMuslim.com – Sore selepas hujan tidak terlalu dingin maupun panas di Courtyard Dharmawangsa. Enaknya di suasana seperti ini disuguhkan kopi dengan gorengan ubi dan singkong yang masih hangat.
Apalagi jika minum kopinya ditemani oleh seorang kawan. Pastinya semakin enak menikmatinya.
Ya, memang benar apa yang dikatakan Jay Wijayanto, salah satu penggagas True Brew Competition.
"Kopi itu bukan hanya rasa pahit dan manis saja. Kalau kita menubruk kopi, bijinya sama, airnya sama tapi kalau cara menubruknya beda. Maka rasa kopi itu juga seperti itu. Apalagi jika minum kopinya ditemani seseorang yang spesial,"katanya meledek ChanelMuslim.com, Kamis (29/30/2018).
Ia berkomentar ketika seseorang ditanya rasa kopi, pastinya ia menjawab seperti ini.
"Enak banget, enak, pahit. Jadi tidak bisa mendeksripsikan kopi dengan baik. Padahal literasi kopi bukan hanya itu saja,"katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Tedjo, Co-Founder Rumah Kopi Ranin. Ia menceritakan saat bertemu dengan para petani dan menanyakan bedanya kopi mereka dengan yang lain.
"Para petani selalu bilang enak. Tetapi ketika diminta mendeskripsikan perbedaan kopinya itu tidak bisa. Akhirnya, kami memulai menginisiasi peta cita rasa dan aroma kopi nusantara,"katanya.
Ketika Rumah Rani membuat itu ternyata disambut baik oleh para petani. Bahkan, sekarang mereka bisa mendeskripsikan perbedaan kopi mereka.
"Oh kopi saya kok begini, ada gula merahnya, ada pahit cengkehnya. Ketika kita punya kosa kata ini, kita bisa berbicara dengan petani dan barista. Jadi tidak hanya, enak, pahit saja,"katanya.
Menurutnya konsumen harus mengetahui rasa sebenarnya kopi. Tidak hanya meminum saja, tetapi tahu perbedaan kopi a dan kopi b.
"Bukan dengan kata pendek seperti Kopi Lucu dan Gila. Malas sekali mendeskripsikan kopi yang diminum. Padahal diksi Indonesia itu sangat kaya,"pungkasnya (Ilham)