Sebuah rancangan undang-undang yang diusulkan akan melakukan pembatasan terhadap toko-toko kebab dan bahan makanan halal di provinsi Mediterania Spanyol Tarragona telah menyebabkan kekhawatiran di kalangan umat Islam Spanyol. Mereka melihat RUU menargetkan masyarakat Muslim yang semakin berkembang di wilayah tersebut.
“Tomat saya gunakan adalah produk Spanyol, dan begitu pula kentang yang saya jual,” ujar Nouari Benzawi, seorang imigran berusia 52 tahun dari Aljazair, dalam sebuah laporan Los Angeles Times pada Selasa, 5 Mei kemarin.
“Tolong jelaskan ini pada saua!” ia memohon. “Apakah saya harus menjual daging babi agar menjadi bisnis tradisional Spanyol’? Apakah saya harus menjual anggur?”
Berimigrasi ke Spanyol dua dekade lalu, Benzawi menikah dengan wanita Spanyol dan bersama istrinya membuka toko kebab dan toko makanan halal tujuh tahun yang lalu.
“Bisnis saya adalah legal!” kata Benzawi, yang merupakan insinyur listrik tapi tidak bisa menemukan pekerjaan di bidangnya.
Dia sebenarnya bisa berbicara bahasa Spanyol, Perancis, Arab, dan sedikit bahasa Inggris dan berharap hal itu akan membantunya mencari pekerjaan, tetapi tidak berhasil.
“Saya membayar pajak saya. Saya tidak menjual barang selundupan. Jadi apa yang membuat mereka begitu khawatir? Ini merupakan tindakan diskriminasi.”
Berdasarkan peraturan baru, tidak ada lisensi komersial yang akan diberikan kepada setiap toko kebab baru atau kafe internet kecuali mereka terletak lebih dari 500 kilometer dari lokasi yang sudah ada.
Bagi politisi Spanyol, proposal yang baru merupakan percobaan untuk mengembalikan sebuah provinsi penting dari kenaikan jumlah imigran yang diperkirakan 10% dari populasi asli penduduk provinsi.[af/onislam]