ChanelMuslim.com – Ratusan rumah di 2 RW di Kelurahan Panjang Baru, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan terendam banjir rob setinggi 30-50 cm. Total ada sekitar 1.000 warga yang tinggal di daerah pesisir Pantai Sari tersebut.
Dilansir dari Tribunjateng, kantor kecamatan Pekalongan Utara, Koramil Pekalongan Utara, kantor perbankan, dan jalan depan Kampus IAIN Pekalongan juga ikut terendam.
Tidak hanya itu, masjid yang ada di Kelurahan Krapyak juga ikut terendam.
Kemudian, untuk di wilayah Pantai Sari sendiri ketinggian ombak hingga 4 meter sehingga, ombak terhempas ke pemukiman warga.
Semua warung yang ada di pinggir pantai, rusak akibat terjangan ombak yang begitu besar.
Akibatnya ratusan rumah di pinggir pantai terendam air.
“Gelombang air laut hari ini lebih tinggi dibandingkan, pada tanggal (1/6/2020). Ombaknya, kali ini lebih besar. Banyak warga yang melintas dengan kendaraan di jalan ini harus turun dan mendorong. Hempasan gelombang air laut ini sangat tinggi sekali,” kata Dani Ketua RW 10 Kelurahan Panjang Baru kepada Tribunjateng.com, Rabu (3/6/2020).
Menurutnya, adanya hempasan air pasang yang tinggi ini, permukiman yang ada di pinggir pantai terendam.
“Di pinggir pantai ada 2 RW, 12 RT, dan total warga ada 1.000 orang lebih. Rumahnya terendam air semua. Ketinggian air dari 20 centimeter hingga 50 centimeter,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid mengatakan, ia bersama Brimob Polda Jawa Tengah dan Komunitas Pekalongan Tanggap datang ke lokasi ini karena mendapatkan informasi dari warga bahwa gelombang air pasang hari ini lebih besar dibandingkan dua hari yang lalu.
“Senin (1/6/2020) saya bersama instansi terkait datang ke wilayah sini. Saat itu, memang ombak tidak terlalu besar. Tapi, hari ini saya ditelepon sama ketua RW bahwa ombak semakin tinggi. Setelah dicek memang benar ombak begitu besar. Ketinggian air juga lumayan tinggi sekitar 30 centimeter,” kata Wakil Wali Kota Pekalongan Afzan.
Aap panggilan akrab Wakil Wali Kota Pekalongan mengungkapkan, akibat gelombang tinggi ini aktivitas warga terganggu.
Kemudian, pihaknya juga mendapat usulan dari warga, meminta kepada Pemkot Pekalongan untuk meneruskan kembali pekerjaan tanggul yang berhenti di sisi timur.
“Pembenahan tanggul yang ada di sisi barat sepanjang 2 kilometer memang belum dikerjakan dan masih rencana untuk pembenahan. Kami juga membawa nasi bungkus untuk warga di pesisir pantai, karena melihat kondisi seperti ini pasti terganggu,” imbuhnya.
Saat disinggung apakah akan menerapkan tanggap darurat, pihaknya saat ini masih akan mengevaluasi dan koordinasi dengan pemerintah pejabat setempat.
“Kemarin kita belum menetapkan tanggal darurat, tentunya dengan gelombang semakin hari semakin tinggi akan dievaluasi kembali. Saya juga mengimbau kepada yang ada di pesisir pantai, apabila 2 jam hingga 3 jam, ombak masih tetap segera menghubungi BPBD untuk dilakukan evakuasi,” tambahnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Drs. Herizal, M.Si mengungkapkan pada pekan terakhir bulan Mei, wilayah pesisir barat Sumatera bagian selatan dan pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur terdampak limpasan air laut yang masuk ke daratan (banjir pesisir atau rob).
Apa penyebab banjir rob di awal Juni ini?
Herizal mengatakan rob ini secara signifikan dapat dipicu oleh berbagai faktor kondisi atmosfer, dan membuat kondisi pasang air laut menjadi lebih tinggi.
“Pada awal Juni ini, potensi rob diperkirakan akan kembali terjadi khususnya untuk Perairan Utara Jawa,” kata Herizal dalam keterangan tertulisnya.
Berikut penjelasan Herizal terkait faktor-faktor pemicu potensi banjir pesisir atau rob.
Adanya potensi gelombang tinggi di Perairan Utara Jawa, masyarakat diminta untuk waspada bencana lanjutan dari dampak tersebut, yaitu banjir pesisir atau rob.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) mengeluarkan peringatan terhadap potensi gelombang tinggi dan banjir rob ini berdasarkan evaluasi limpasan air laut pada pekan akhir bulan Mei 2020.
1. Kombinasi pasang air laut
Limpasan air laut yang masuk ke daratan ini bisa dipicu oleh kombinasi antara periode pasang air laut akibat pengaruh fase bulan mati bersamaan dengan adanya rambatan gelombang tinggi dari Samudera Hindia.
2. Fase bulan purnama
Akibat dari fenomena langit berupa fase bulan purnama atau full moon (spring tide), juga dapat membuat kondisi pasang air laut yang cukup tinggi di beberapa wilayah Indonesia.
Pengaruh dari fase bulan purnama ini merupakan faktor astronomis penyebab pasang laut tinggi.
3. Gelombang tinggi
Herizal berkata, dari faktor meteorologisnya atau faktor fisis laut juga sangat mempengaruhi kejadian rob nantinya.
Faktor meteorologis yang dimaksudkan adalah potensi gelombang tinggi yang diprakirakan terjadi mencapai 2,5 meter hingga 4,0 meter di Laut Jawa.
Gelombang tinggi ini dibangkitkan oleh embusan angin kuat dan persisten mencapai kecepatan hingga 25 knot atau 46 kilometer per jam.
“Ini ikut berperan terhadap peningkatan kenaikan tinggi muka air laut yang terjadi di Perairan Utara Jawa,” ujar dia.
4. Tinggi muka laut
Faktor penyebab dari sisi klimatologis adalah tinggi muka air laut pada bulan Mei dan Juni di perairan Indonesia, umumnya berada di atas tinggi muka laut rata-rata atau mean sea level (MSL).
5. Pola arus laut
Pola arus laut persisten yang diakibatkan oleh aktivitas monsoon dingin Australia, juga terpantau cukup kuat pada periode ini.
“Ini ikut berperan terhadap peningkatan kenaikan tinggi muka air laut yang terjadi di perairan Utara Jawa,” ujar dia.[ind]
Sumber: Tribun, Kompas