PEMBUNUHAN Ismail Haniyeh, media dan framing di Indonesia ditulis oleh Maimon Herawati (Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran).
Pagi Rabu (31/7/2024) diguncang dengan berita pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran.
Haniyeh sedang melakukan kunjungan resmi untuk menghadiri pelantikan presiden Iran terpilih.
Kediamannya di Teheran dihantam rudal berkendali pada pukul 2 pagi waktu setempat.
Sampai saat ini tersangka utama pelakunya adalah Israel.
Ismail Haniyeh adalah Perdana Menteri pertama yang terpilih pada pemilu legislatif pertama Palestina yang diikuti Hamas pada 2006.
Pemilu pertama, 1996, diboikot Hamas. Pada pemilu 2006, Hamas menang telak, meraih 74 kursi dari 132 kursi yang diperebutkan.
Pemilu 2006 disebut pengamat dan pemantau asing sebagai pemilu yang bersih, transparan, bebas, demokratis, dan bebas.
Amerika kemudian mengkudeta hasil pemilu itu dengan bekerja sama dengan Mahmud Abbas.
Sampai saat ini, belum ada lagi pemilu legislatif di Palestina setelah 2006. Secara de facto, mayoritas wakil rakyat Palestina terpilih berasal dari Hamas.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ismail Haniyeh adalah pemimpin Hamas untuk seluruh Palestina sejak 2017, menggantikan Khalid Misyal.
Dalam diplomasi dunia, Ismail Haniyeh mewakili Hamas secara luas. Perundingan gencatan senjata selalu melibatkan Ismail Haniyeh.
Bagaimana media massa Indonesia memberitakan peristiwa ini?
Sebelum membahas pemberitaan media, mari menelisik seperti apa posisi media di Indonesia.
Media dan masyarakat Indonesia tidak terpisah. Media lahir dari masyakarat.
Sebagai bagian dari masyarakat, media adalah agen sosial yang merepresentasikan situasi msyarakat.
Pesan yang disampaikan media adalah cermin masyarakat.
Pembunuhan Ismail Haniyeh, Media dan Framing di Indonesia
Stuart Hall mengatakan bahwa selain cermin realitas, media juga agen pembentuk realitas.
Cermin atau representasi yang ditampilkan media memiliki kekuatan membentuk pandangan masyarakat tentang nilai, rasa, norma, dan identitas.
Proses penciptaan cermin realitas di atas mengalami negosiasi antara berbagai kepentingan, baik kepentingan pemilik media, politik, atau masyarakat.
Di Indonesia, sistem pers yang dianut adalah pers Pancasila yang bertanggung jawab secara sosial.
Pers wajib mempertanggungjawakan kerjanya pada masyarakat. Ini tercantum dalam UU no. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Masyarakat memiliki kewenangan mengontrol pers.
Nilai yang menjadi landasan pers bekerja adalah nilai Pancasila dan UUD 1945.
UUD 1945 dengan jelas meletakkan penghapusan penjajahan di seluruh dunia sebagai misi negara dan bangsa.
Presiden pertama Indonesia, Sukarno mengatakan amanah Konferensia Asia Afrika yang belum tunai adalah Palestina karena masih dijajah Israel.
Pembelaan Indonesia terhadap Palestina konsisten sampai hari ini. Menlu Indonesia, Retno Marsudi adalah salah satu yang bersaksi di depan sidang ICJ tentang penjajahan Israel atas tanah Palestina.
Selain UUD 1945, yang menjiwai insan pers dalam kerja-kerja mereka adalah Pancasila, sila pertama, ketuhanan yang maha esa.
Baca juga: Israel, Bangsa Sakit yang Mengerikan
Indonesia adalah negara Muslim terbanyak di dunia sampai 2023 lalu.
Bagi Muslim, tentu jelas dan kokoh bahwa Allah yang Ahad menjadi pusat pusaran kehidupan.
Qur’an dan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai pedoman kehidupan.
Perintah Rasulullah untuk membebaskan Syam yang di dalamnya ada kiblat pertama Muslim, Al Aqsha, pada Usama bin Zaid baru berhasil dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Sampai saat ini, hadist untuk menziarahi Mesjid Al Aqsha terus diulang-ulang. Semua Muslim tahu bahwa sejak 1967, Mesjid Al Aqsha dijajah Israel.
Muslim Indonesia tahu bahwa serangan 7 Oktober adalah tufanul Aqsha, usaha untuk membebaskan Al Aqsha dari penjajahan.
Pemberitaan pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin pejuang pembebas Al Aqsha dalam media massa Indonesia menjadi penting untuk diperhatikan.
Pemberitaan Media Indonesia
Berikut judul media massa Indonesia memberitakan peristiwa pembunuhan Ismail Haniyeh.
1. Antara, ‘Petinggi Hamas Ismail Haniyeh Meninggal dalam Serangan Israel di Iran’.
2. Detik, ‘Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas dalam Serangan di Iran’.
3. Republika, ‘Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Terbunuh’.
4. CNN, ‘Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Terbunuh di Teheran Iran’.
5. Kompas, ‘Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Terbunuh di Teheran Iran’.
6. Sindo, ‘Breaking News: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas di Iran’.
7. Viva, ‘Breaking News: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas di Iran’.
8. Metrotv, ‘Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Dibunuh di Iran’.
Kata yang digunakan menjelaskan peristiwa ini adalah tewas (7 kali). Satu-satunya kata yang berbeda adalah Antara, menggunakan kata meninggal.
Kata tewas, disandingkan dengan kata terbunuh (3 kali); dibunuh ( sekali).
Menurut KBBI, makna tewas adalah mati dalam perang, bencana, dan sebagainya.
Selain tewas, kata yang menjelaskan mati lainnya adalah mampus, meninggal, gugur, wafat, mangkat.
Mampus bermakna menyumpahi. Meninggal digunakan untuk manusia, mati untuk binatang.
Gugur maknanya mati dalam pertempuran. Wafat digunakan untuk raja atau orang besar ternama.
Mangkat khusus untuk meninggalnya raja.
Jelas, media di Indonesia menolak menggunakan kata gugur, padahal Ismail Haniyeh meninggal dalam pertempuran pembebasan Al Aqsha, kiblat pertama Muslim sedunia.
Media di Indonesia juga menolak menggunakan kata wafat. Ismail Haniyeh tidak dianggap sebagai orang besar ternama.
Jika peristiwa pembunuhan pemimpin perjuangan seperti Ismail Haniyeh direpresentasikan dengan kata tewas, dalam negosiasi internal media, kepentingan siapakah yang menang dalam pemilihan kata ini? Kepentingan zionis kah?
Mari kita bayangkan, apa reaksi bangsa Indonesia, jika Jenderal Sudirman ditulis tewas terbunuh?
Bukankah Jenderal Sudirman selalu disebut gugur dalam pertempuran?
Apa yang membedakan Jenderal Sudirman dengan Ismail Haniyeh?
Keduanya pejuang kemerdekaan. Yang satu pejuang kemerdekaan negara Indonesia, yang satu lagi pejuang kemerdekaan tanah kiblat Muslim sedunia.[Sdz]