Berikut ini ulasan seminar ‘Tiga Mitos Bisnis yang Harus Dihilangkan’ dengan narasumber Rendy Saputra.
DALAM menjalankan usaha, kita semua pasti punya mindset yang kita sebut dengan pola pikir. Jadi sebetulnya, sebelum seseorang berbuat, pasti ia punya pola pikir dulu. Maka kalau pola pikirnya positif, ia akan menghasilkan hasil yang positif, sedangkan kalau ia memiliki pola pikir yang negatif maka akan menghasilkan sesuatu yang negatif.
Ketika kita ingin mengubah result (hasil), maka yang kita sikapi pertama kali itu mindsetnya. Di tarbiyah kita menyebutnya fikro’. Fikro’ melahirkan perbuatan amal, dimana amal kemudian melahirkan hasil. Jadi ini yang harus kita pahami ketika membicarakan enterpreneurship.
Yang dibombardir pertama kali adalah pola pikirnya. Bukan cara jualan, bukan cara menyapa di whatsapp, dan bukan pula menyiapkan program. Tapi yang harus diberesin dulu adalah cara berpikir. Karena pikiran terkadang diracuni oleh mitos-mitos tidak benar, sehingga menghambat diri dan usaha untuk berkembang.
Berikut tiga mitos dalam berbisnis :
1. Uang menciptakan uang.
Sering orang berpikir, kalau tidak ada modal, bagaimana mau berbisnis?
Bisnis pasti melayani _market_ (pasar). Lalu bagaimana agar _market_ bisa menghasilkan uang?
Mengapa kita mau mengeluarkan uang untuk membeli suatu produk atau membayar sekian ratus ribu untuk suatu pelatihan? Karena ADA NILAInya. Karena produknya bernilai sesuatu. Yang bernilai pasti kita mau bayar.
Uang dalam kamus bahasa Indonesia disebut sebagai alat tukar nilai. Berarti uang itu menukarkan yang bernilai.
“Ibu, ini ada skincare yang akan membuat wajah ibu menjadi glowing,” kata si sales. Karena glowing, maka kita mau membeli skincare tersebut.
Uang itu mengalir karena ada nilainya. Ketika bernilai, uang datang. Maka bukan uang yang menciptakan uang tapi value (nilai) yang menciptakan uang.
Ada orang yang tidak punya modal, tapi karena ia terkenal jujur dan amanah, maka itu menjadi value dari dirinya, sehingga orang mau membayar di depan untuk memesan produknya.
Banyak orang yang memiliki banyak modal, tapi tidak menghasilkan. Punya ruko (rumah toko) tapi hanya kosong, tentu tidak menghasilkan uang. Tapi ketika ruko tersebut diisi dengan value berupa usaha penjualan produk, maka ruko itu akan menghasilkan uang.
Mobil kalau tidak dipakai, tidak menghasilkan uang. Tapi ketika mobil tersebut dipakai untuk antar jemput laundry atau antar jemput anak sekolah, maka mobil itu jadi menghasilkan uang.
Ada sebuah perkumpulan bisnis baru yang isinya hanya mengobrol dengan santai. Karena harus membayar 2,5 juta bagi anggotanya, tentu bagi sebagian orang tidak berminat. Untuk apa bayar sebegitu mahal hanya untuk mengobrol. Tapi yang dilakukan pengelola perkumpulan tersebut sebenarnya adalah mempertemukan beberapa pelaku usaha. Mereka lalu saling menghubungkan usaha yang terkait, sehingga tentu itu sangat menguntungkan. Dalam waktu satu bulan, anggotanya sudah 30 orang. Luar biasa.
Jadi, ketika perkumpulan yang hanya mengobrol tersebut memiliki value, maka orang tidak keberatan untuk membayar. Maka mengalirlah uang.
Ingat, orang-orang akan mendukung kalau kita punya nilai atau produk kita memberikan nilai kepada mereka. Apa beda produk kita dengan produk yang lain? Berikan nilai, maka uang akan datang.
2. Makin lama kerja keras, makin banyak uang masuk.
Jangan menganggap banyak bekerja banyak uang, tapi bekerjalah dengan efektif. Delegasikan pekerjaan ke orang lain. Kita cukup memikirkan pekerjaan inti yang paling penting.
Biarkan orang lain yang mengerjakan pekerjaan seperti menyetir, menerima pesanan, membuat jadwal, dan sebagainya. Maulah berbagi tugas, agar bisa punya banyak waktu untuk kita sendiri, untuk anak dan pasangan. Permudahlah semua yang bisa dipermudah.
3. Manusia adalah beban.
Banyak orang yang menganggap, merekrut orang lain untuk membantu adalah beban. Karena pasti harus mengeluarkan uang untuk membayar jasa mereka. Akhirnya semua dikerjakan sendiri. Ya urusan usaha, ya urusan rumah tangga.
Banyak yang tidak bisa menerima orang lain. Semua merasa harus memegang sendiri, handle sendiri semua pekerjaan. Mulai dari belanja bahan, memproduksi, memasarkan, mengantar, dan sebagainya, padahal itu akan menyulitkan diri sendiri.
Memasak, mencuci, menyapu, ingin pula dikerjakan sendiri semua. Jangan ingin jadi wonder woman agar banyak pahala. Keletihan akan memicu amarah. Tidak ada waktu untuk anak, kemesraan dengan pasangan berkurang.
Habiskan waktu untuk memikirkan atau melakukan yang terpenting. Jangan sibukkan diri dengan hal-hal sepele. Biar orang lain saja. Biarkan diri didukung oleh orang lain. Diri kita adalah aset, orang lain juga aset. Manusia itu adalah aset, bukan beban, asalkan tepat. Itulah sebabnya mengapa nabi senang umatnya banyak.
[Mh/Emy, Salimah Jakarta]