ChanelMuslim.com – Pemberitaan tentang meninggalnya seorang mahasiswi Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab Jakarta Cabang Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Su’ud Saudi Arabiya atau lebih dikenal dengan nama LIPIA pada Kamis 19 November 2015 menyisakan duka mendalam serta kerja untuk mendukung pembangunan jembatan penyebrangan orang. Annisa Sholehah dikabarkan merupakan korban kesekian kalinya dari tidak adanya jembatan penyebrangan yang menghubungkan Kampus LIPIA yang beralamat di Jalan Buncit Raya No. 5A Ragunan Jakarta Selatan dengan jalan disebrangnya yang notabene merupakan akses lalu lalang mahasiswa.
Seperti dikisahkan oleh akun facebook Lubna Yusuf Baisa mengenai kisah dirinya bersama Annisa Sholehah Rahimahullah beberapa jam sebelum kepergian perempuan berumur 19 tahun asal Cileungsi Bogor.
Berikut petikan kisahnya :
Kisah Mahasiswi Lipia, kejadian kemarin siang, 19 November 2015
Bidadari Tak Bersayap
Hari ini hari yang cerah bagi seluruh mahasiswi kampus LIPIA, mereka semua datang demi tujuan mulia, ingin memajukan islam dan menyebarkan kebenaran ke seluruh pelosok negeri dan dunia, kami semua terbang dari kos dan rumah kami dengan sayap yang berbentuk kotak bermerk eiger dan yang lainnya, yah kami adalah bidadari tak bersayap.
Kami menjalani hari seperti biasanya begitu pula dengan saudari seperjuangan kami dengan nama indahnya annisa sholehah, nama yang sangat cocok dengan kepribadiannya, wanita lahiran 93 ini sangat patuh pada agama dan pula rajin menghafal dan mentadabburi al qur’an, gadis dengan beribu malaikat yang mengelilinginya di setiap waktu tukasku. Sungguh indah menatap wajahny walau ia tak berparas cantik layaknya para aktris, tapi kelembutan dan kesuciannya tergambar jelas di wajahnya. Wajah yang tertutup kain itu selalu membuat rindu untuk menatap.
Annisa mahasiswi yang sangat di segani oleh setiap, di sayangi oleh teman-temannya, dan di cintai oleh seluruh ustadzah karena tutur katanya dan rasa hormatnya. Annisa adalah panutan bagi kami semua.
Seperti biasa aku mengajak annisa makan di kantin di waktu istirahat tak ada sikap yang berberbeda hari ini dan hari-hari sebelumnya, seteklah makan kami berlarian kembali ke kelas karena bel masuk telah berdering. Danlagi-lagi kami harus mendengarkan nasihat indah dari setiap asatidzah yang masuk kelas, hingga rasanya berat untuk meninggalkan kampus yang amat ku cintai ini dengan beribu mutiaranya.
Bel pulang kuliah telah berbunyi, ku ajak annisa untuk pulang bersama seperti biasanya tapi ia menolak dengan lembut, rupanya ia akan belajar di perpustakaan.
“Wah, memang rajin yah annisa ini”tukasku dalam hati. Setelah berpamitan kami berpisah kuputuskan untuk berbelanja di mall depan kampus yang biasa kami sebut penvill, tak terasa aku telah menghabiskan satu setengah jam di dalam mall memang membuat lalai, dengan sedikit tergesa-gesa aku keluar mall, saat aku keluar mall ku lihat jalan telah penuh oleh manusia dan banyak mobil yang terhina termasuk busway berwarna biru, ada gerangan apa ini, seingatku dua atau empat bulan yang lalu memang ada seorang gadis yang menyebrang dan tertabrak, tapi pemerintah pasti sudah mengambil tindakan kuatku dalam hati, tapi rasa penasaran terus memaksaku pergi ke tkp, ku putuskan menyembrang dan melihat apa yang terjadi.
Kulihat seorang gadis berbaju hitam lengkap dengan kerudung dan cadarnya tergeletak di tanah dan darah telah menggenang di sekililingnya, ku coba memperhatikan lebih detail, ku rasa aku sangat mengenal baju dan postur tubuh ini, ku coba pinta pada polisi yang telah berjaga di tkp untuk memastikan apakah dia adalah temanku, setelah lama aku bernegosiasi dengan polisi, polisi mengizinkan aku melihatnya .
“Astagfirullah!! “ aku menjerit ketakutan dan mundur selangkah, kemudian aku di kuatkan oleh satpam wanita yang bekerja di kampus , aku setengah tak percaya anisa yang tadi pagi masih sehat segar bugar, tidak bukan tadi pagi tapi berapa jam yang lalu. Aku terus mengangis tak terhentikan terbayang bagaimana kami selalu menghabiskan waktu bersama dan tertawa dalam kebahagiaan dan mengangis saat merasa berdosa, annisa yang sangat aku banggakan, kini sosoknya akan menghilang dari hadapanku selamanya, kemudian bu saptam mengatakan padau kalau annisa masih dapat kesempatan untuk hidup, tak lama datang ambulance dan aku mewakili masuk dan mendapat kesempatan menjaga annisa di rumah sakit, setelah pengobatan dan pengecekan ct scan, kemungkinan annisa akan lumpuh seumur hidup karena ada bagian otaknya yang terbentur keras dan rusak dan juga tulangnya patah, setelah mendengar penjelesan bu saptam aku baru tahu ternyata kejadiannya baru beberapa menit aku keluar dari mall, singkatnya annisa ingin menyebrang tanpa di sadari ada busway yang melaju cepat ke arahnya dan ia tidak cepat bertindak dan naasnya tubuh mungilnya terseret busway setelah di tabraknya mungkin ia terseret tidak jauh, tapi, luka dari ntabrakan tadi sangatlah parah.
Kini annisa koma di kamar inap bersamaku dan beberapa orang lainnya, buru-buru ku kirim pesan pada teman-temanku untuk menjenguknya melalui whatsapp, sejam berlalu setelah sebagian temanku berkunjung, salama menunggu teman-teman ku putuskan memurojaah hafalnku dan juga niat agar annisa bangun atau sedikitnya mengikuti di bawah alam sadarnya, tak terasa jam telah menunjukkan pukul 3 sore dan telah memasuki waktu ashar, teman-teman dan ustadzah banyak yang datang berkunjung, tepat jam 3.45pm annisa sesak nafas kemudia ustadzah mentalqinkannya tepat di telinganya perlahan annisa bergerak gerak dan seraya lidahnya mengikuti talqin, tak lama ku lihat mata annisa melihat lurus ke atas kemudian tersenyum lebar seaya menyambut sesuatu, dan annisa pergi meninggalkan kita semua. Semua yang datang menangis di susul orang tuanya yang barus saja tiba dari rumahnya yang jaraknya cukup jauh dari jakarta, kemudian ustadzah menutup matanya dan mendo’akan, lalu kami melaksanakan sholat ghoib dan ustdzah sedikit memberikan nasihat pada kami semua. Kejadian yang sangat cepat berlalu ini sangat membekas pada setiap mahasiswi LIPIA khususnya.
Banyak kejadian yang telah terjadi di jalan ini, jalan yang biasa di gunakan para bidadari untuk terbang ke majlis ilmu, dengan sayapnya yang tidak nyata, kami melewati jalan ini dan banyak pula bidadari yang terluka di jalan besar ini, kampus telah mengajukkan JPO (jembatan penyebrangan orang) yang selalu di tolah oleh bagian tata ruang. Kami mohon untuk segara di adakan JPO. Banyak korban atas kelalaian ini. Berpa banyak lagi kita harus kehilangan bidadari tak bersayap?.
Kisah ini saya persembahkan untuk saudari saya annisa sholehah semoga alloh menerima segala kebaikanmu dan engkau termasuk orang yang alloh ridhoi untuk memilih surga mana yang akan engkau masuki, dan semoga kita berkumpul lagi di surgaNya.
best regards: Lubna Yusuf Utsman Ba’isa
Semoga segera direspon oleh Pemerintah Kota Jakarta.
(jwt/*)