Chanelmuslim.com- Isu reshuffle kabinet yang telah santer empat bulan lalu, akhirnya terlaksana. Empat menteri lama bergeser jabatan, dan sembilan menteri wajah baru menggantikan yang lama.
Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa reshuffle kedua ini adalah dalam rangka mengurangi kesenjangan ekonomi di masyarakat, antara yang kaya dan miskin yang saat ini kian terasa sebagai dampak perubahan ekonomi lokal dan global.
Namun, tetap saja, reshuffle tidak akan luput dengan sejumlah isu politik yang akhir-akhir mengemuka. Selain adanya kegaduhan yang sempat disinggung Presiden Jokowi dari para menterinya sebelum ini.
Sejumlah muatan sulit ditepis merupakan bagian yang begitu kental dari reshuffle kabinet kerja kedua saat ini.
Pertama, bergabungnya dua partai yang sebelumnya tergabung dalam koalisi merah putih pimpinan Prabowo, yaitu Partai Amanat Nasional dan Partai Golongan Karya. PAN dan Golkar, walaupun malu-malu, akhirnya bergabung dalam partai-partai pemerintah.
Masuknya PAN di kabinet kerja, seperti pada kabinet di presiden sebelumnya, selalu membidik kementerian pendidikan. Di era kabinet presiden sebelumnya, posisi kementerian ini kerap diisi orang PAN, antara lain Malik Fajar dan Bambang.
Sementara Golkar membidik kementerian perindustrian.. Masuknya Golkar yang saat ini dinakhodai Setya Novanto, secara psikologis, akan berpengaruh pada sosok menteri tertentu. Yaitu, menteri ESDM Sudirman Said.
Belum lama, masih segar dalam ingatan publik kasus ‘Papa Minta Saham’ yang dilaporkan Sudirman Said terhadap Setya Novanto. Dari kasus ini, seperti diketahui publik, Novanto akhirnya tergusur dari pimpinan DPR.
Kedua, secara angka, partai yang paling terkena dampak reshuffle ini adalah Hanura. Karena dua menterinya tergusur dan digantikan pendatang baru.
Dari sini, reshuffle sepertinya sangat mempertimbangkan ‘kehilangan’ Hanura. Dan karena itulah, tidak tanggung-tanggung, kompensasi dari penggantian itu adalah masuknya ketua umum, Wiranto, sebagai Menko Polhukam, sebuah posisi yang sangat strategis dalam mewarnai kinerja kabinet kerja.
Hanya partai Nasdem yang sepertinya belum terbayar dari penggantian kadernya yang semula di kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, Feri Murysidan Balda, yang saat ini diduduki Sofyan Djalil.
Menariknya, dari semua menteri yang berganti dan bergeser jabatan, hanya satu menteri yang dalam waktu dua tahun bergabung di kabinet kerja sempat menduduki jabatan tiga menteri. Yaitu, Sofyan Djalil. Awalnya sebagai Menko Ekonomi, kemudian bergeser menjadi Bapenas, dan sekarang sebagai menteri Agraria dan Tata Ruang.
Sudah menjadi rahasia umum, secara personal, Sofyan Djalil mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Wapres Jusuf Kalla. Boleh jadi, faktor hubungan personal inilah yang sangat mempengaruhi keberadaan Sofyan Djalil yang mengalami dua kali pergeseran dan tiga pos jabatan menteri.
Ketiga, dari reshuffle ini, yang menarik adalah bergabungnya Sri Mulyani kedalam kabinet kerja saat ini sebagai Menteri Keuangan. Membaca sosok Sri Mulyani tidak bisa dilepaskan dengan posisinya di lembaga keuangan dunia, IMF. Setidaknya, Sri Mulyani mempunyai relasi yang cukup dekat dengan para petinggi IMF.
Jika menghubungkan pos kementerian keuangan dan lembaga IMF, sulit menafikan adanya kecenderungan untuk melakukan lobi ke IMF untuk melakukan pinjaman. Defisit anggaran saat ini karena pencapaian perolehan pajak yang jauh dari memadai, sepertinya akan menggiring republik ini untuk kesekian kalinya melakukan pinjaman. Dari sinilah, sosok Sri Mulyani sangat diharapkan.
Keempat, mungkin inilah isu yang paling seksi dari reshuffle kali ini. Yaitu, tersingkirnya Menko Maritim Rizal Ramli yang digantikan Luhut Binsar Pandjaitan.
Pasalnya, Rizal Ramli sempat melakukan sejumlah ‘kegaduhan’ kepada sejumlah pihak, justru di dalam pemerintah sendiri. Yaitu, kasus pengadaan daya listrik yang akhirnya berbenturan dengan Wapres Jusuf Kalla. Dan yang terakhir, kasus heboh lanjut-tidaknya pembangunan reklamasi pantai Jakarta, khususnya pulau G yang diminta stop oleh Rizal Ramli.
Pihak yang paling terdampak dari gebrakan Rizal Ramli adalah Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok dan pengembang atau investor yang notabene pengusaha Cina.
Belum 24 jam Rizal Ramli menyatakan ketegasan dan sekaligus kritikan pedasnya kepada Ahok dalam acara ILC yang disiarkan langsung TV One pada jam sembilan malam (Selasa/26/7). Inilah pernyataan sekaligus penegasan terakhir Rizal Ramli tentang kebijakan reklamasi pantai Jakarta yang menurutnya sangat merugikan rakyat Indonesia.
Dari sini pula, publik bisa membaca bagaimana kuatnya posisi Ahok dalam lobi ke pusat kekuasaan, Presiden Jokowi. Bergantinya Rizal Ramli kepada Luhut B Pandjaitan tidak tertutup kemungkinan akan mengubah kebijakan tentang reklamasi pantai Jakarta ini. (mh/foto:riaubook )