ChanelMuslim.com- Pernahkah membayangkan makan siang dengan lauk telur, ikan, sayuran, dan lainnya bisa mencapai 1 milyar lebih? Ini bukan hal mustahil terjadi. Di Venezuela, peristiwa ini sedang menghantui seluruh warganya yang mengalami inflasi sebesar 185.000 persen. Na’udzubillah min dzalik.
Seperti dilansir BBC pada edisi Kamis (23/8), negara Venezuela benar-benar mengalami keterpurukan keuangan dan ekonomi yang luar biasa. Mata uang Bolivar di negara ini jatuh ke jurang paling dalam.
Bayangkan, ada cerita dari seorang staf dubes Indonesia untuk Venezuela ketika makan siang bersama 20 orang di sebuah rumah makan. Kasir rumah makan menyebut angka 1,7 milyar Bolivar untu harga makan siang tersebut. Padahal, makanannya tergolong sangat biasa: telur, ikan, sayuran, dan lainnya.
Karena tak bawa uang sebanyak itu, staf dubes ini pun terpaksa melunasinya dengan melakukan transfer.
Angka ratusan juta dan milyaran di negeri kaya minyak itu kini bukan lagi istimewa. Karena untuk membayar senilai 20 Bolivar untuk ukuran normal, warga harus mengeluarkan uang sebesar 2 juta Bolivar.
Jadi jangan kaget jika hanya untuk membeli pulpen semisal 20 ribu rupiah, orang harus membayar sebesar 80 juta rupiah.
Krisis keuangan di negara yang berada sebelah selatan benua Amerika ini diawali sejak beberapa tahun lalu ketika harga minyak dunia jatuh. Sementara, Venezuela tidak punya penghasilan lain kecuali minyak. Salah urus negara pun merupakan sebab lain yang tak kalah pentingnya.
[gambar1]
Anak-anak Venezuela berebut sampah untuk mereka makan. Foto: The Times
Keadaan ini membuat semua investor asing telah lama pergi meninggalkan Venezuela. Mereka takut dengan resiko keuangan yang begitu tinggi. Bahkan lembaga-lembaga rentenir dunia yang biasa meminjamkan dananya untuk negara miskin pun tak mau masuk ke negeri mendiang Hugo Chavez ini. Jadilah Venezuela sendirian menghadapi krisis keuangan super hebat ini.
Kebijakan baru pun diberlakukan Presiden Nicolas Maduro. Mulai 20 Agustus lalu, uang Bolivar mengalami pemotongan 5 digit. Yang semula bernilai 1000.000 Bolivar, kini nilainya hanya 10. Rakyat pun berbondong-bondong melakukan penukaran dengan nilai baru dari Bolivar ini.
Pemandangan ini mengingatkan dunia tentang bobroknya sistem keuangan dunia saat ini. Karena mereka tidak lagi memiliki patokan nilai uang sebuah negara. Hal ini berbeda ketika dunia masih diatur dengan standar kepemilikan emas sebuah negara. Standarnya jelas, yaitu emas.
Dengan tanpa patokan, negara bisa seenaknya mencetak uang seberapa besar pun keinginan rezim yang berkuasa. Tapi resikonya, nilai uang akan kian mengecil, bahkan menjadi sangat kerdil seperti yang dialami Bolivar di Venezuela.
[gambar2]
Kerusuhan merebak di seluruh kota Venezuela, foto: Khilafah.com
Apa yang bisa dilakukan negeri Amerika latin ini? Boleh jadi, mereka akan menjual aset atau harta negara yang mereka miliki kepada pihak asing seperti yang telah dilakukan negara Yunani beberapa tahun lalu ketika mengalami nasib yang sama.
Ujung-ujungnya, negara hanya seperti memiliki cangkang atau kesingnya saja. Sementara, isi negara berupa kekayaan alam sudah dimiliki pihak asing.
Atau dengan istilah lain, seluruh pejabat negara mulai dari Presiden hingga tukang sapu digaji oleh perusahaan asing untuk berkerja sungguh-sungguh buat kepentingan asing.
Semoga Indonesia tidak akan seperti Venezuela. (mh)