HEGEMONI Amerika dan Barat kini sedang dipertaruhkan. Mereka sepertinya tak lagi bisa menyembunyikan keadaan masing-masing: bahwa mereka memang tak berdaya.
Rusia terus “menelanjangi” kerapuhan Eropa. Dimulai dari ketergantungan Eropa terhadap migas impor dari Rusia, ketahanan pangan mereka pun rapuh.
Hal tersebut terlihat dari hampir semua negara Eropa yang tak berdaya dengan manuver Rusia memainkan migas dari negaranya.
Mulai dari pembayaran yang sebagian besarnya harus dengan mata uang Rusia, Rubel, hingga penyanderaan migas bagi pertahanan Eropa.
Sebagian negara-negara Eropa yang tak berdaya itu, akhirnya secara suka rela membayar dengan Rubel, bukan lagi dengan Euro. Hal ini tentu akan kian menguatkan ekonomi Rusia.
Dengan kata lain, embargo ekonomi terhadap Rusia menjadi tidak signifikan alias tumpul. Sebaliknya, Eropa mengalami tingkat inflasi yang luar biasa hingga dua digit. Hal ini terjadi karena ketidakpastian pasokan migas Rusia yang menjadi kebutuhan dasar di Eropa.
Begitu pun dengan rapuhnya ketahanan pangan. Ternyata, Eropa juga memiliki ketergantungan dengan impor gandum dari Rusia. Lagi-lagi, Rusia memainkan ini untuk meningkatkan ketidakpastian ekonomi Eropa.
Soal pasokan gandu mini pula, India ternyata kompak dengan Rusia. India yang juga dikenal sebagai negara penghasil gandum terbesar menutup penjualan untuk luar negeri.
Dalam hal pertahanan, ilustrasi dengan Finlandia menjadi hal sangat miris. Finlandia yang bersikeras untuk menjadi bagian dari NATO akhirnya ikutan tak berdaya oleh manuver Rusia. Cukup dengan distopnya pipa gas dari Rusia, Finlandia mengalami krisis listrik dan energi yang parah.
Bagaimana mungkin bisa menunjukkan kekuatan pertahanan dan persenjataan, listriknya saja tidak bisa menyala.
Begitu pun dengan Amerika. Krisis bahan bakar di negeri Joe Biden ini menaikkan tingkat inflasi yang lumayan parah. Bahkan dikabarkan, ada pasar gelap di Amerika yang akhirnya membeli BBM dari Rusia.
Perang yang Berlaru-larut
Awalnya dunia menilai berlarut-larutnya perang Rusia Ukraina menunjukkan kegagalan dan kelemahan Rusia.
Namun, belakangan dunia baru menyadari bahwa hal itu sebagai permainan Rusia untuk melemahkan Eropa dan Amerika.
Semakin lama perang berlangsung, semakin lama pula krisis energi yang dialami Eropa dan Amerika. Begitu pun dengan krisis lainnya seperti pangan.
Dengan kata lain, benar apa yang dikatakan Putin bahwa mereka tidak sedang berperang melawan Ukraina. Melainkan sedang menghancurkan Eropa dan Amerika.
Sementara Rusia yang kini sedang diembargo ekonominya oleh “dunia”, justru memperlihatkan keadaan yang baik-baik saja. Tidak ada inflasi di sana. Tidak ada kekosongan bahan makanan, dan lainnya.
Inilah sebuah strategi perang Rusia yang lain dari yang lain. Yaitu, yang dipukul kaki, tapi kepala, badan, dan tangan musuh ikut merasakan kelumpuhan. [Mh]