JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang membuat roadmap pemanfaatan obat tradisional. Pasalnya, obat traditional semakin tergusur dengan kehadiran obat kimia.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Kemenkes sekarang ini sedang menyusun roadmap kemandirian obat. Indonesia dipandang harus mengembangkan obat berbahan tradisional karena memiliki khasanah tanaman obat yang luar biasa khasiatnya.
“Ada 9.600 spesies tumbuhan berkhasiat obat dan 300 spesies bahan obat tradisional diantaranya dikembangkan oleh industri. Agar tanaman bisa jadi obat maka harus ada roadmap. Untuk uji klinis, autentifikasi teknis dan spesies serta standarisasi kandungan kimianya,” katanya usai seminar Challenges of Development of Natural Compound as Drug for Infectious and Degenerative Diseases di kampus Uhamka, Jakarta, Minggu (11/1/2015).
Tjandra menjelaskan, bahan traditional yang sudah dijual bebas di pasaran jumlahnya masih rendah yakni sekitar 4.000an jenis. Maka dari itu, kebijakan roadmap yang baru saja dibuat ini agar masyarakat mempunyai pilihan untuk memakai obat tradisional atau bahan kimia.
Selain itu, saat ini juga berkembang tren minum jamu di kalangan masyarakat. Kementerian UKM dan Kementerian Perdagangan pun pekan kemarin sudah meluncurkan program gemar minum jamu.
Pada 2012 lalu, jelas dia, pemerintah sudah melakukan riset tumbuhan obat dan jamu dengan menginventarisasi 15.773 ramuan dari 209 suku bangsa dan berhasil mengidentifikasi 1.740 spesies tanaman obat dari 13.576 nama daerah tanaman obat atau 60% dari total data.
Jumlah herbarium yang berhasil dikumpulkan sebanyak 13.398 herbarium. Dari hasil inventarisasi itu maka pada tahun 2014 dilakukan analisis lanjut dengan DNA profiling 20 tanaman terpilih yang paling banyak digunakan oleh suku di Indonesia.
Kedua, chemical finger printing 20 tanaman terpilih yang paling banyak digunakan oleh suku di Indonesia dan uji in vitro formula antimalaria, antiTBC dan antikanker.
Sementara, dia pun berharap perguruan tinggi memperbanyak penelitian tentang bahan traditional ini. Memang dia mengakui kampus besar seperti UI sudah beberapa kali melakukan penelitian dan menghasilkan doktor di bidang jamu.
Namun masalahnya kita tidak mempunyai jalur pemasaran untuk hasil penelitian itu sehingga hasilnya tidak termanfaatkan. Dia mengungkapkan, jumlah S1 farmasi di Tanah Air hanya ada 917 unit dan S2 hanya 14 dan D3 Farmasi ada 100. (nf)