PENGALAMAN bom saat meliput live itu sangat mengerikan. Apa yang disaksikan orang di TV tidak mencerminkan 10% dari yang sesungguhnya terjadi. Dengan satu rudal saja, satu bangunan hancur. Tiga puluh detik kemudian, empat rudal menghancurkan bangunan empat lantai bersama bangunan lain disekitarnya, meninggalkan abu dan asap teror.
Hal ini diungkapkan koresponden Al Jazeera asal Gaza, Youmna El Sayed, saat berbagi pengalaman bersama para jurnalis Indonesia dalam Media Gathering KPIPA di gedung Meet Her Integrated Facilities, Jakarta pada Selasa (27/5).
Menjadi jurnalis di Gaza, kata Youmna, berarti mempertaruhkan nyawa. Sebab, tidak seperti di tempat lain, jurnalis Gaza tidak mengenakan perlengkapan yang dapat melindungi dari bahaya senjata dan bom. Apa yang disaksikan penonton di TV atau media sosial tidak mencerminkan 10% pun dari yang sesungguhnya terjadi.
“Namun, jurnalis memiliki kekuatan besar. Meski penjajah ingin melemahkan dan menghentikan, kita akan terus mengabarkan apa yang sesungguhnya terjadi di Gaza” ungkapnya.
Kameraman Al Jazeera, Maher Atiya Abu Qouta mengungkapkan jika jurnalis dan kantor-kantor berita yang berhubungan dengan pemberitaan di Gaza menjadi serangan Isr4el. Hingga saat ini, lebih dari 200 jurnalis telah terbunuh di Gaza.
“Bahkan serangan tentara Isr4el tidak hanya di lapangan. Kantor Al Jazeera juga tak luput menjadi target serangan Isr4el, baik di Gaza maupun di negara-negara Eropa,” imbuhnya.
Namun, fakta harus disebarluaskan jika ingin menghentikan kekejaman penjajah. Jurnalis di seluruh dunia tidak boleh diam meski menghadapi tekanan dan ancaman.
Karena itu, kedua pembicara menyerukan jurnalis untuk terus memberitakan kepada dunia tentang genosida yang dilakukan Isr4el di Gaza. Masyarakat dan generasi muda perlu mendapatkan kebenaran agar mereka mau bersama-sama melakukan aksi untuk menghentikan kejahatan perang.
Media gathering ini dilaksanakan oleh Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al Aqsha (KPIPA) untuk mendukung dan meneguhkan perjuangan jurnalis Gaza.
Ketua KPIPA, Nurjanah Hulwani, menyampaikan harapannya. “Kami berharap jurnalis Indonesia merapatkan barisan perjuangan untuk ambil bagian dalam menghentikan agresi di Gaza sebagai pengganti fisik jurnalis Indonesia meliput di Gaza.” [Mh/KPIPA]