ChanelMuslim.com – Fraksi PKS DPR RI didukung Perpustakaan DPR RI meluncurkan Buku Putih Penanganan Covid-19 di Indonesia pada Kamis, (17/12/2020) di Ruang Abdul Muis, Gedung Nusantara III DPR RI. Ketua Tim Penyusun yang juga Wakil Ketua Fraksi PKS Netty Prasetiyani Aher mengatakan, buku ini merupakan sebentuk tanggung jawab Fraksi PKS dalam berkontribusi menangani pandemi Covid-19.
“Buku ini merupakan kumpulan ide dan gagasan sebagai respon terhadap wabah, sekaligus menjadi sumbangsih dan tanggung jawab PKS dalam menangani pandemi. Kami berharap buku ini bermanfaat bagi rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, ” kata Netty dalam paparannya.
Netty juga menyampaikan bahwa buku ini juga mendorong agar terjadinya kolaborasi optimal seluruh elelmen bangsa dalam bahu-membahu menghadapi pandemi Covid-19.
“Kunci keberhasilan penanganan Covid-19, salah satunya adalah, harus dilakukan kolaborasi optimal. Hadirnya Menteri Kesehatan dalam acara ini, juga Kepala BNPB, bersanding dengan Fraksi PKS, semoga menjadi salah satu wujud dari kolaborasi optimal,” kata Netty.
Menurut Netty, meskipun PKS menegaskan diri sebagai partai oposisi, bukan berarti PKS asal beda dengan pemerintah. “PKS tetap harus menunjukkan kontribusi konstruktif untuk kemajuan bangsa, termasuk dalam penanganan pandemi,” paparnya.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang hadir sebagai pembicara juga menyampaikan bahwa penanganan pandemi Covid-19 harus dilakukan bersama-sama.
“Penanganan Covid-19 tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Jadi benar apa yang disampaikan oleh Ibu Netty tadi, tidak bisa sendiri tapi memerlukan banyak pihak tidak terkecuali partai politik. Buku putih penanganan Covid-19 memberikan gambaran kolaborasi akan penanganan Covid-19” katanya.
Buku yang disusun oleh Tim Covid-19 Fraksi PKS DPR RI dan The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) terdiri dari sepuluh bab yang membahas penanganan pandemi Covid-19 dari berbagai aspek.
“Salah satu bab membahas tentang prediksi akhir pandemi Covid-19 di Indonesia. Kalau hari ini orang lain sudah bicara second wave, kita justru masih belum tahu apakah gelombang pertama sudah sampai pucak atau belum,” terang Netty.
“Buku ini juga membahas jurang persepsi antara kebijakan pemerintah dengan harapan publik. Juga masalah komunikasi publik yang tidak terkelola dengan baik sehingga masyarakat terfragmentasi antara yang menganggap penyakit ini serius dengan yang menganggap ini biasa-biasa saja,” tambahnya.
Evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19, kata Netty, juga diulas. “Pemerintah di awal pandemi sempat gamang apakah perlu menerapkan kebijakan karantina wilayah atau tidak, apakah perlu dilakukan serentak atau parsial per daerah. Dampak dari penerapan PSBB terhadap mobilitas masyarakat, penyebaran virus dan lainnya pun perlu dikaji secara menyeluruh” kata Netty.[ah/rilis]