ChanelMuslim.com – Kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak muslimah berhijab mengalami diskrimiasi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Tepat di hari peringatan World Hijab Day pada 1 Februari lalu, isu diskriminasi kembali mengudara.
Bukan hanya dialami oleh mereka yang tinggal di negara minoritas muslim saja, perempuan muslim di Indonesia yang mayoritas beragama Islam juga masih kerap merasakan diskriminasi, seperti diakui seorang partisipan bernama Soleha. Soleha mengaku kerap kesulitan memiliki visa untuk pergi keluar negeri lantaran nama yang dimilikinya.
“Soliha itu kan identik Islam sekali, karena itu saya kesulitan mendapatkan visa dari badan imigrasi Indonesia,” ucapnya.
Memang maish banyak beranggapan muslimah berhijab terutama yang sudah berhijab syar’i sering dikaitkan dengan aksi terorisme atau aliran dengan paham radikal. Diskriminasi yang lumrah terjadi mulai dari tatapan sinis hingga menjaga jarak dengan pengguna hijab.
Dalam acara peringatan World Hijab Day di @amerika, Pasific Place Mall Jakarta (01/02), World Hijab Ambasador Indonesia, Amaliah Begum, mengungkapkan diskriminasi tentang perempuan berhijab bisa dihilangkan dengan membuktikan semua anggapan itu keliru. Amaliah yang aktif menggarap bisnis sosial membuktikan bahwa hijab yang dikenakannya bukan halangan atau batasan untuk bisa bermanfaat untuk orang lain.
"Justru menarik bila ada yang meragukan kita memakai hijab. Harusnya kita ajak mereka bicara baik-baik menjelaskan kepada mereka, dan bisa menginspirasi mereka," kata Amaliah.
Hal senada juga dikatakan oleh World Hijab Ambasador Malaysia, Murshidah Said, untuk melawan diskriminasi tersebut dengan menjelaskan alasan berhijab dan manfaat menggunakan hijab.
“Mengalami diskriminasi tetap saja buat percakapan dengan mereka, ungkapkan bagaimana Islam begitu indah dan kenapa saya berhijab dan manfaat apa yang saya dapatkan dengan berhijab,” ujar Murshidah Said.
Tidak ketinggalan pengguna niqab, yaitu Sahar Quesada dari Amerika dan Sofinee Harun dari Inggris berbagi pengalaman dalam menghadapi diskriminasi yang diterimanya. Tentu tidak mudah memutuskan berniqab di negara minoritas muslim tetapi kepercayaan mereka kepada Allah dan tujuan untuk ke surga menguatkan mereka tetap berniqab.
Bagi Sahar, diskriminasi bisa diatasi dengan terus berbuat baik. Beruntung Sahar tidak pernah mengalami hal tersebut karena kecakapannya mampu memiliki banyak bahasa. Sementara bagi Sofinee melakukan aktivitas positif bersama-sama sangat efektif menghilangkan diskriminasi tersebut. (Wnd)