Sebuah penelitian pemerintah Jerman menunjukkan adanya stereotip negatif terhadap Muslim di buku pelajaran sekolah. Dan stereotip itu telah memicu kecaman dari para pemimpin komunitas Muslim, sembari memperingatkan bahwa konten tersebut menekankan friksi dan konflik antara masyarakat Jerman dengan imigran.
“Buku pelajaran sekolah telah memaksakan kepada anak-anak kecil pandangan bahwa orang asing itu buruk dan terlibat dalam pencurian serta kekerasan,” ujar Burhan Kesici, Sekretaris Jenderal Dewan Islam Jerman, mengatakan kepada Anadolu Agency pada Jumat 27 Maret lalu.
“Dan pandangan ini akan tetap hidup dalam pikiran mereka serta menjadi bagian dari percakapan sehari-hari dan diskusi di sekolah,” tambahnya.
Dilakukan di bawah Komisaris Pemerintah Federal untuk Migrasi, Pengungsi dan Integrasi serta ditugaskan untuk Georg Eckert Institute, proyek penelitian pemerintah Jerman meneliti 65 buku di lima negara bagian terkait mata pelajaran politik, ilmu sosial dan geografi.
Diumumkan awal Maret, proyek ini menyimpulkan bahwa imigrasi dan keragaman disajikan sebagai masalah yang harus dilawan untuk mencapai masyarakat yang homogen.
Mengacu pada penelitian pemerintah, Kesici, yang juga memberikan pelajaran Islam di ibukota Berlin, memperingatkan bahwa buku pelajaran biasanya mengandung prasangka terhadap migran dan dalam beberapa kasus bahkan merendahkan mereka.
Beberapa buku bahkan membuat contoh pencurian dengan menggunakan karakter dengan nama-nama tradisional Muslim seperti Ahmad.
Mengacu pada kesalahpahaman yang tersebar tentang komunitas Muslim, ia menambahkan bahwa pengetahuan tentang orang asing dan Muslim di Jerman semakin diperparah oleh komentar negatif dan penilaian negatif dalam buku pelajaran sekolah.
“Jika ini dilakukan terhadap kelompok minoritas lainnya, maka semuanya akan bereaksi keras mengecam,” katanya.
“Tapi ketika itu khusus tentang orang asing yang berasal dari negara-negara Muslim, dengan menggunakan nama Muslim seperti Ahmad dan Aisha, maka masyarakat tidak bereaksi,” tambahnya.
Buku pelajaran sekolah juga dikritik oleh beberapa anggota majelis negara bagian.[af/onislam]