Chanelmuslim.com-Aksi pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, beberapa hari lalu memakan korban 4 balita. Salah seorang di antaranya meninggal, dan 3 bocah lain kondisinya berangsur membaik. Bahkan, salah satu balita sudah bisa menangis dan berbicara suatu hari nanti ia ingin menjadi penjinak bom.
Trinity, salah satu korban sudah bisa menangis dan bicara. Sudah 50 persen luka bakar di tubuhnya teratasi oleh tim medis.
Ada hal menarik usai Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia Arist Merdeka Sirait mengunjungi Trinity yang terbaring di ruang PI-CU Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda, Selasa (15/11/2016).
“Saat saya kunjungi, dia (Trinity) sempat bilang ingin membeli petasan, kemudian menjinakkannya, serta menjadi penjinak bom,” ungkap Arist menceritakan cita-cita Trinity.
Sumadi, perwakilan PKBI Kaltim, meneguhkan ucapan Arist karena ikut turut menjenguk Trinity.
“Trinity sampai teriak akan hal itu, bilang ia ingin menjadi penjinak bom,” kata Sumadi.
Keluarga berharap apa yang menimpa Trinity tak terulang kepada yang lainnya. Trinity cukup korban terakhir di Kaltim dan Indonesia.
Direktur RSUD AW Sjahranie Samarinda, Rachim Dinata, menyampaikan sudah 50 persen luka bakar Trinity teratasi. Ketika Trinity bisa menangis artinya saluran pernapasannya bagus.
“Jika masih bermasalah, bisa saja ketika dia menangis ataupun bicara, tidak terdengar suara yang jelas, tetapi kan tidak seperti itu,” kata Rachim.
Untuk memastikan secara pasti, Rachim harus menunggu 12 hari hingga kondisi anak-anak korban tersebut benar-benar pulih.
“Sudah dua korban yang dirawat di sini (RS AWS), Trinity Hutahaya (3) dan Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4). Namun, Alvaro baru dipindahkan tadi siang (kemarin, red),” ucap dia.
Sebelumnya, Intan Marbun, balita berusia 2,5 tahun, meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit akibat aksi pelemparan bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur.
Sementara pelaku, yang menggunakan kaos bertuliskan ‘Jihad, way of life’ ketika ditangkap, tercatat pernah melakukan aksi teror sebelumnya termasuk kasus bom buku di Jakarta pada 2011 lalu, menurut catatan polisi.
Empat balita mengalami luka bakar akibat ledakan bom molotov ini, satu di antaranya Intan Olivia Marbun berusia dua tahun, meninggal dunia pada Senin (14/11) akibat luka bakar yang diderita hampir di seluruh tubuhnya. (ind/tribun/detik)