ChanelMuslim.com – Aktor AS Ben Stiller bersaksi di depan Kongres pada hari Rabu kemarin (1/5/2019), menyerukan Washington untuk terus memberikan dukungan keuangan kepada Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dalam upaya bantuan ke Suriah.
"Delapan tahun setelah krisis, kita tidak boleh berpaling. Kita tidak bisa membiarkan keluarga Suriah masuk lebih dalam ke dalam kemelaratan dan tidak bisa membiarkan anak-anak mereka menjadi bagian dari generasi yang hilang," ujar Stiller kepada anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat.
Dalam kesaksiannya, Stiller, yang bertindak sebagai duta besar UNHCR, menggambarkan keluarga Suriah yang ia temui tinggal di kamp pengungsi di Lebanon.
Situasi mereka begitu mengerikan sehingga seorang teman menyarankan agar mereka menjual bayi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sang suami bahkan mencoba menjual ginjalnya di Facebook, Stiller menyatakan.
"Saya sudah mencoba membayangkan bagaimana perasaan saya jika terperangkap di tengah konflik dan tidak dapat melindungi anak-anak saya, jika putra saya berisiko akan direkrut secara paksa atau putri saya berisiko mengalami kekerasan yang tak terbayangkan," katanya. "Bagi saya, itu bukan sesuatu yang ingin saya pikirkan."
Stiller mengatakan bahwa sementara situasi di Suriah semakin membaik, kondisi perlu ditingkatkan sebelum pengungsi dapat kembali ke negara mereka.
Bulan lalu, AS mengumumkan tambahan $ 397 juta untuk upaya bantuan ke Suriah, yang sebagiannya digunakan untuk pekerjaan UNHCR dalam membantu para pengungsi Suriah.
"Mayoritas pengungsi Suriah mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin pulang suatu hari, tetapi sebagian besar tidak percaya bahwa pengembalian seperti itu mungkin terjadi saat ini," kata Stiller.
"Untuk membantu sepenuhnya mereka yang kembali dan memantau kondisi, UNHCR dan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya membutuhkan akses tanpa hambatan ke daerah-daerah yang kembali ke Suriah."
Stiller ditunjuk sebagai duta besar untuk Badan Pengungsi PBB Juli lalu dan telah bertemu dengan para pengungsi di Guatemala, Jerman, Yordania dan Libanon.
Suriah telah dikunci dalam perang mematikan sejak awal 2011, ketika rezim Bashar al-Assad menindak aksi protes pro-demokrasi.
Sejak itu, ratusan ribu orang telah terbunuh dan lebih dari 10 juta lainnya mengungsi, menurut pejabat PBB.
Diperkirakan 83% warga Suriah hidup di bawah garis kemiskinan, menurut laporan UNHCR.
[ah/anadolu]