ChanelMuslim.com – Ada 4 tips Dompet Dhuafa hadapi pola baru masyarakat Berzakat. Tidak hanya lembaga zakat, lembaga yang menuntut ilmu fundrising pun perlu mengetahui.
“Sekarang kita dihadapi dengan perubahan iklim dan pelanggan baru. Masyarakat sekarang didominasi generasi milenial, ditambah masih ada generasi gen X dan baby boomer,” ujar Bambang Suherman, Direktur Mobilisasi ZIS Dompet Dhuafa, di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (05/12).
Menurut Bambang, menghadapi iklim, pola dan pelanggan baru bukan hanya ditargetkan pada transaksi saja. Namun, transaksi menjadi awal mula alasan seseorang tertarik dengan yang ditawarkan.
Dompet Dhuafa melakukan 4 cara seperti canvasing o to o, canvasing tematik, canvasing movement dan canvasing creative.
Pada canvasing o to o, Dompet Dhuafa memastikan tidak ada jarak antara dunia analog dan dunia maya. Ketika ada suatu acara, pastikan acara tersebut ada yang merekam untuk disalurkan di dunia digital atau maya.
Orang-orang yang hadir dalam suatu acara akan menjadi sumber, nantinya jutaan orang diluar yang tidak hadir akan mengetahui. Melalui dunia maya dengan bentuk video, audio, postingan ataupun foto, acara yang dibuat bisa terealisasikan.
Di canvasing tematik, buatlah aktivitas atau event dengan tema khusus. Sesuaikan kebutuhan masyarakat saat ini. Ciptakan juga interaksi dan pengalaman bersama publik melalui pelibatan dalam program.
Kedua canvasing tersebut tidak cukup untuk mempertahankan pelanggan. Dompet Dhuafa pun melakukan canvasing movement. Sebuah lembaga seharusnya berupaya memberikan semacam games atau tantangan, sehingga melibatkan banyak orang secara mandiri dalam tantangan tersebut.
Salah satu canvasing movement yang dilakukan, Dompet Dhuafa pernah membuat tantangan Make up tanpa kaca. Bentuk tantangan ini dimaksudkan agar orang lebih memahami tuna netra.
Pelengkap dari canvasing movement, Dompet Dhuafa melakukan canvasing creative. Cara ini menggabungkan semua portfolio program, hobi, gaya hidup, marketing, fundrising dalam sebuah event.
Ajak ambassador, influencer dan profesi eksternal lain agar ikut terlibat. Berikan pemahaman terhadap orang-orang yang dilibatkan dalam suatu program. Misalnya, para vlogger diajak langsung ke peternakan kambing.
Ilmu tentang peternakan yang dibina Dompet Dhuafa akan dijadikan pengalaman. Setelah itu, para vlogger akan bercerita di media sosialnya masing-masing. Namun, targetnya bukan hanya disosialisaiskan, para vlogger juga dijadikan teman dan merasa memiliki Dompet Dhuafa.
Canvasing creative bersifat jangka panjang. Orang-orang yang terlibat pada aksi atau pengalaman bisa saling membesarkan secara bersama-sama.
“Lembaga Dompet Dhuafa memunculkan nama brand, mewakili upaya untuk terjadinya ikatan pertemanan. Hal ini mengarah pada representasi profil yang berujung pada action dan connection,” tutupnya. (Firda)