ChanelMuslim.com – Memupuk rasa takut kepada Allah ditulis oleh Ustaz Yulian Purnama. Pernahkah kita tersadar bahwa lancangnya kita melakukan hal-hal yang dilarang agama, meninggalkan perintah agama, dan meremehkan ajaran-ajaran agama itu semua karena betapa minimnya rasa takut kita kepada Allah.
Bahkan kita terkadang lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah Taâala. Padahal Allah berfirman (yang artinya) : â..Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Kuâ (QS. Al Maâidah: 44).
Maka takut kepada Allah (al khauf minallah) adalah salah satu bentuk ibadah yang semestinya dicamkan oleh setiap mukmin.
Baca Juga:Â Surat Al-Baqarah Ayat 19, Mereka Menghindari Suara Petir karena Takut Mati
Sifat Orang yang Bertaqwa
Takut kepada Allah adalah sifat orang yang bertaqwa, dan ia juga merupakan bukti imannya kepada Allah. Lihatlah bagaimana Allah mensifati para Malaikat, Allah Taâala berfirman (yang artinya):
âMereka takut kepada Rabb mereka yang berada di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)â (QS. An Nahl: 50).
Lihat juga bagaimana Allah Taâala berfirman tentang hamba-hambanya yang paling mulia, yaitu para Nabi âalahimus wassalam (artinya):
âSesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kamiâ (QS. Al Anbiya: 90).
Baca Juga:Â Rasa Takut kepada Allah jadi Pencegah Maksiat
Semakin Berilmu Semakin Takut Kepada Allah
Oleh karenanya, seseorang semakin ia mengenal Rabb-nya dan semakin dekat ia kepada Allah Taâala, akan semakin besar rasa takutnya kepada Allah.
Nabi kita Shallallahuâalaihi Wasallam bersabda: âSesungguhnya aku yang paling mengenal Allah dan akulah yang paling takut kepada-Nyaâ (HR. Bukhari-Muslim).
Allah Taâala juga berfirman (yang artinya): âSesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulamaâ (QS. Fathir: 28)
Ya, karena para ulama, yaitu memiliki ilmu tentang agama Allah ini dan mengamalkannya, merekalah orang-orang yang paling mengenal Allah. Sehingga betapa besar rasa takut mereka kepada Allah Taâala.
Karena orang yang memiliki ilmu tentang agama Allah akan paham benar akan kebesaran Allah, keperkasaan-Nya, paham benar betapa pedih dan ngeri azab-Nya.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahuâalahi Wasallam bersabda kepada para sahabat beliau:
âDemi Allah, andai kalian tahu apa yang aku ketahui, sungguh kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian pun akan enggan berlezat-lezat dengan istri kalian di ranjang.
Dan akan kalian keluar menuju tanah datang tinggi, mengiba-iba berdoa kepada Allahâ (HR. Tirmidzi 2234, dihasankan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
Demikian, sehingga tidaklah heran jika sahabat Umar bin Khattab radhiallahuâanhu, sahabat Nabi yang alim lagi mulia dan stempel surga sudah diraihnya, beliau tetap berkata:
âAndai terdengar suara dari langit yang berkata: âWahai manusia, kalian semua sudah dijamin pasti masuk surga kecuali satu orang sajaâ. Sungguh aku khawatir satu orang itu adalah akuâ (HR. Abu Nuâaim dalam Al Hilyah, 138)
Yaitu karena rasa takut yang timbul dari maârifatullah yang mendalam.
Orang yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi Shallallahuâalahi Wasallam, Abu Hurairah Radhiallahuâanhu, beliau ulama di kalangan para sahabat, yang tidak perlu kita ragukan lagi keutamaannya, beliau pun menangis ketika sekarat menghadapi ajalnya dan berkata:
âAku tidak menangis karena urusan dunia kalian. Aku menangis karena telah jauh perjalananku, namun betapa sedikit bekalku. Sungguh kelak aku akan berakhir di surga atau neraka, dan aku tidak mengetahi mana yang diberikan padaku diantara keduanyaâ (HR Nuâaim bin Hammad dalam Az Zuhd, 159)
Maka orang-orang yang lancang berbuat maksiat, yang mereka tidak memiliki rasa takut kepada Allah, adalah karena kurangnya ilmu mereka terhadap agama Allah serta kurangnya maârifah mereka kepada Allah Taâala.
Baca Juga:Â Takut Tertular Covid-19 Gelombang Kedua, 83 Persen Masyarakat Batalkan Rencana Pergi
Memupuk Rasa Takut Kepada Allah
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, adalah bagaimana kita memupuk rasa takut kepada Allah Taâala?
1. Mengingat betapa lemahnya kita, dan betapa Allah Maha Perkasa.
Sadarlah betapa kita ini kecil, lemah, hina di hadapan Allah. Sedangkan Allah adalah Al Aziz (Maha Perkasa), Al Qawiy (Maha Besar Kekuatannya), Al Matiin (Maha Perkasa), Al Khaliq (Maha Pencipta), Al Ghaniy (Maha Kaya dan tidak butuh kepada hamba).
Betapa lemahnya hamba sehingga ketika hamba tertimpa keburukan tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali Allah.
Ia berfirman (yang artinya): âJika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiriâ (QS. Al Anâam: 17)
Betapa Maha Besarnya Allah, hingga andai kita durhaka kepada Allah, sama sekali tidak berkurang kemuliaan Allah.
âDan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.
Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpujiâ (QS. An Nisa: 131)
Dengan semua kenyataan ini masihkah kita tidak takut kepada Allah?
2. Memupuk rasa cinta kepada Allah
Dua orang yang saling mencintai, bersamaan dengan itu akan timbul rasa takut dan khawatir. Yaitu takut akan sirnanya cinta tersebut. Demikian pula rasa cinta hamba kepada Allah.
Hamba yang mencintai Allah dengan tulus, berharap Allah pun mencintainya dan ridha kepadanya. Bersamaan dengan itu ia akan senantiasa berhati-hati untuk tidak melakukan hal yang dapat membuat Allah tidak ridha dan tidak cinta kepadanya.
3. Azab Allah sangatlah pedih
Jika kedua hal di atas belum menyadarkan kamu untuk takut kepada Allah, cukup ingat satu hal, bahwa azab Allah itu sangatlah pedih yang disiapkan bagi orang-orang yang melanggar aturan agama Allah.
Allah Taâala berfirman (yang artinya): âhendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedihâ (QS. An Nuur: 63)
Pedihnya azab Allah sampai-sampai dikabarkan dalam Al Qurâan bahwa setan berkata: âSesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.â (QS. Al Anfal: 48)
Dan hendaknya kita takut pada neraka Allah yang tidak bisa terbayangkan kengeriannya. Allah Taâala berfirman (yang artinya):
âHai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkanâ (QS. At Tahrim: 6)
Jangan Merasa Aman
Sebagian orang merasa sudah banyak beramal, sudah banyak berbuat baik, merasa sudah bertaqwa, merasa dirinya suci, sehingga ia pun merasa Allah tidak mungkin mengazabnya.
Hilang darinya rasa takut kepada Allah. Allah berfirman tentang manusia yang demikian (yang artinya) : âApakah kalian merasa aman dari makar Allah? Tidaklah ada orang yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugiâ (QS. Al Aâraf: 99).
Bagaimana mungkin seorang yang beriman merasa percaya diri dengan amalnya, merasa apa yang telah ia lakukan pasti akan membuatnya aman dari azab Allah? Sekali-kali bukanlah demikian sifat seorang mukmin.
Adapun orang beriman, ia senantiasa khawatir atas dosa yang ia lakukan, tidak ada yang ia anggap kecil dan remeh.
Abdullah bin Masâud radhiallahuâanhu berkata: âSeorang yang beriman melihat dosa-dosanya bagai ia sedang duduk di bawah gunung yang akan runtuh, ia khawatir tertimpa. Sedangkan orang fajir (ahli maksiat), melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang melewati hidungnyaâ (HR. Bukhari 6308)
Tapi Jangan Putus Asa
Seorang mukmin senantiasa memiliki rasa takut kepada Allah. Namun bukan berarti rasa takut ini menyebabkan kita putus asa dari rahmat-Nya, sehingga kita merasa tidak akan diampuni, merasa amal kita sia-sia, merasa pasti akan masuk neraka dan bentuk-bentuk keputus-asaan lain. Ini tidak benar.
Keimanan yang sempurna kepada Allah mengharusnya kita memiliki keduanya, rasa takut (khauf) dan rasa harap (rajaâ). Dengan berputus-asa terhadap rahmat Allah seakan-akan seseorang mengingkari bahwa Allah itu Ar Rahman (Maha Pemberi Rahmat), Ar Rahim (Maha Penyayang), dan Al Ghafur (Maha Pengampun).
Ingatlah nasihat Nabi Yusuf âalahissalam kepada anak-anaknya: âdan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafirâ (QS. Yusuf: 87).
Al Hasan Al Bashri berkata: âRajaâ dan khauf adalah kendaraan seorang mukminâ. Al Ghazali pun berujar: âRajaâ dan khauf adalah dua sayap yang dipakai oleh para muqarrabin untuk menempati kedudukan yang terpujiâ.
Demikian sedikit yang dapat kami paparkan. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita enggan mengabaikan segala perintah-Nya dan enggan melanggar segala larangan-Nya. Aamiin.[ind]
(Penulis mengambil banyak faidah dari tulisan Syaikh DR. Falih bin Muhammad As Shughayyir berjudul âAl Khauf Minallahâ)
sumber: Muslim.or.id





