ChanelMuslim.com – Novel Hadiah Cinta dari Istanbul ini ditulis oleh Fairuz Abadi yang disunting oleh Sayyidah Murtafiah Djauhar dan diterbitkan oleh Penerbit Halaman Moeka pada tahun 2015.
“Sebuah kisah, dihadirkan tak lain untuk menyampaikan hikmah, nasihat, peringatan, dan pelajaran bagi para pembacanya. Namun ia akan berfungsi dengan semestinya bisa siapa saja yang membacanya mau berpikir.” (Prakata)
Tidak dipungkiri lagi bahwa buku setebal 593 halaman berjudul Hadiah Cinta dari Istanbul ini sarat dengan hikmah dan ilmu.
Kisah Azhar ini mengangkat sejarah Turki dan renungan tentang kehidupan/rumah tangga di sepanjang alur ceritanya.
Novel diawali dengan kata pengantar yang sangat menarik buat saya, terutama pembahasan tentang bangsa At-Turk dan pemahaman tentang penaklukkan Konstantinopel Barat dan Timur berdasarkan hadist dan pendapat para ulama.
Berawal dari impian Azhar yang terwujud, yaitu keinginan untuk mengunjungi Istanbul, salah satu kota di negeri muslim Eropa yang telah menghias lembar-lembar sejarah dengan goresan pena bertinta emas. (h.39).
Sebuah tawaran yang diterimanya dari sebuah perusahaan furnitur yang sering dia isi kajiannya, menghendakinya untuk memimpin jamaah Umrah sekaligus berwisata ke Turki.
Keberangkatan yang akan menggiringnya pada sebuah takdir yang penuh kejutan.
Baca Juga: Belajar Islam dari Istanbul, Giza, hingga Nusantara
Hadiah Cinta dari Istanbul
Sepanjang perjalanan Azhar ke Istanbul inilah, alur dipenuhi dengan sejarah bangsa Turki dan Dinasti Utsmaniyah dengan segala kejayaan, konflik, perebutan kekuasaan yang menjadi salah satu penyebab kemundurannya.
“Sejarah kaum Utsmani adalah sebuah lembaran penuh berkah di masa Islam dan satu bagian yang sangat memesona dalam peradaban manusia. Mereka memiliki sifat ketinggian dalam sejarah dunia. Mereka berjihad dan bersungguh-sungguh dalam jihadnya. Mereka banyak melakukan kebaikan, meski juga berbuat kesalahan. Akan tetapi, mereka telah memberikan kebanggaan dan kemuliaan bagi umat.” (Dr. Muhammad Hard – h.75)
Di sisi lain, ada kisah Selma, gadis yang menjadi salah satu korban pengeboman di Suria hingga seluruh keluarganya meninggal. Pada alur ini, penulis tidak mengaitkan langsung kisahnya dengan Azhar.
Sepertinya penulis hanya ingin memperlihatkan keteguhan imannya menghadapi ujian hidup. Kaitan Azhar nantinya dengan keluarga Mr. Mehmet yang menolong Selma.
Pertemuan dengan Mr. Mehmet berawal di Mesjid Suleymaniye dan menciptakan keakraban karena pengetahuan Azhar yang sangat luas tentang Sejarah Turki. Mr. Mehmet kagum dengan Azhar karena beliau juga sangat mencintai sejarah.
Pada awal-awal kisah bisa dibilang alur ceritanya tenggelam karena banyaknya sejarah yang disampaikan dalam cerita, ada kesan tersendat-sendat.
Alur cerita mulai berjalan lancar ketika keluarga Mr. Mehmet sudah berdomisili di Jakarta. Konflik mulai terasa ketika Azhar melamar Anisah, sedang pada saat yang sama keluarga Mr. Mehmet ingin mengajukan Fatma untuk menjadi istrinya.
Dilema semakin terasa karena Anisah dan Fatma adalah sahabat dekat, bahkan sekamar kos. Sebuah kondisi yang membuat Fatma harus mati-matian mengendalikan hatinya.
“Perang batin memang jauh lebih dahsyat untuk menciptakan suasana remuk redam. …. Sebab medan pertempuran terjadi di dalam hati, di dalam jiwa, di dalam rasa, juga di dalam pikiran. Pada akhirnya perang itu meluluhlantakkan apa saja yang ada dalam diri seseorang, Sebab ia sedang berperang sendirian. Musuhnya adalah dirinya, sedang lawan musuhnya juga dirinya.” (h.293)
Anisah yang akhirnya mengetahui hati Fatma yang remuk, tidak sampai hati meninggalkan begitu saja. Jika Fatma berusaha meredam kesedihannya, Anisah mencari-cari solusi untuk menyelesaikan kondisi tak menyenangkan ini.
Proses panjang pencarian Anisah dipenuhi pertimbangan dan shalat-shalat panjang, memohon pertolongan Sang Penguasa Alam untuk menemukan keputusan, hingga dipilihnya jawaban yang kontroversial, Poligami.
Konflik tak berhenti di sana, setelah pernikahan, Azhar, Anisah, Fatma, harus menata hati karena sudah pasti tak mudah menjalani pernikahan dengan tiga kepala.
Selain itu, ujian juga datang dari usaha jamur tiram yang dijebak Kasmaji karena tidak suka tersaingi. Proses pengambilan keputusan hampir semua tokohnya selalu dilakukan dengan mengkaji ayat alQur’an, hadist dan kisah para sahabat nabi, dari sinilah novel ini memberikan banyak ilmu dan hikmah.
Tak sekadar mengantarkan sebuah cerita, tapi juga pemikiran-pemikiran yang berlandaskan ke-Islam-an. (Resensi Buku: https://yukbacabukuislam.blogspot.co.id/2016/10/hadiah-cinta-dari-istanbul.html)