SALAH satu sifat yang sering membuat energi kita terkuras adalah mudah tersinggung. Karena ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan memikirkan kejelekan orang lain.
Tersinggung juga bisa menimbulkan kemarahan dan berujung dengan balas dendam, lho, Sahabat Muslim.
Baca Juga: Baper dan Perjuangan Asma binti Abu Bakar
Jauhi Sifat Mudah Tersinggung
Untuk itu, sebisa mungkin kita harus bisa menjauhi sifat mudah tersinggung ini yang merupakan indikasi sebagai berikut.
1. Kita memandang diri sendiri terlampau tinggi sehingga langsung tersinggung ketika ada yang merendahkan.
2. Keinginan selalu dipandang baik di hadapan manusia.
3. Porsi cinta dunia masih cukup besar di hati kita.
4. Hati ini masih kurang lapang untuk memaafkan.
Meskipun manusiawi, tetapi perasaan tersinggung perlu dikelola agar tidak menodai pengakuan iman kita pada Allah. Mengaku beriman tapi kok gampang tersinggung?
Baca Juga: Susah Sekolah, Susah Bangun, Mudah Tersinggung
Cara Meredam Ketersinggungan
Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan
Belajar melupakan
Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur, lupakanlah jabatan itu.
Jika kita seorang pimpinan, lupakanlah hal itu, dan lain-lain.
Lupakan dan yakinkan diri bahwa semua itu dari Allah Subhanahu wa taala dan atas pertolongan Allah agar kita tidak tamak terhadap pujian dan penghargaan.
Dengan sikap seperti ini, hidup kita akan lebih ringan. Semakin kita ingin dihargai, dipuji dan dihormati, akan semakin membuat kita mudah tersinggung dan sakit hati.
Positive Thinking
Kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang lain kepada kita akan bermanfaat dan tidak merugikan jika kita bisa menyikapinya dengan tepat.
Karena kita tidak bisa memaksa orang lain untuk berbuat sesuai dengan keinginan kita.
Berempati
Kita harus berempati, yaitu melihat sesuatu tidak dari sudut pandang kita saja.
Jika kita tidak ingin mudah tersinggung, maka carilah seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain.
Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan sehingga kita dapat mengendalikan diri.
Ajang Peningkatan Kualitas Diri
Jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ajang peningkatan kualitas diri dan kesempatan untuk berbuat baik, yaitu dengan memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah membalas perlakuan buruk terhadap diri pribadi beliau, namun jika ada penyelisihan terhadap syariat Allah, beliau bersikap marah dan bertindak dengan tegas. Kemarahan beliau adalah karena Allah.
Baca Juga: Persahabatan Manusia dan Buaya
Ummul Mu’minin ‘Aisyah –radliyallaahu‘anha- menyampaikan kepada kita:
“Tidaklah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diberi pilihan di antara dua hal kecuali beliau ambil yang paling mudah di antara keduanya, selama tidak ada (unsur) dosa.
Jika ada (unsur) dosa, beliau adalah manusia yang paling jauh darinya.
Tidaklah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membalas (ketika disakiti) untuk dirinya sendiri, namun jika hal-hal yang diharamkan Allah dilanggar, beliau membalas untuk Allah ‘Azza wa Jalla“. (HR. Bukhari-Muslim)
Rasa tersinggung dan marah adalah manusiawi dan pasti dimiliki semua manusia pada umumnya. Akan tetapi, atas dasar keimanan ataukah hawa nafsu yang berhasil mengendalikannya.[ind]
disclaimer: tulisan ini viral di media sosial ,Tim Redaksi kesulitan menemukan sumber aslinya.