BERHALA salah satu tempat jin, salahkah pernyataan ini? Ustaz Farid Nu’man Hasan menjelaskan mengenai berhala berdasarkan riwayat-riwayat yang sahih berikut ini.
Dalam Shahih Bukhari tertulis:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، «صَارَتِ الأَوْثَانُ الَّتِي كَانَتْ فِي قَوْمِ نُوحٍ فِي العَرَبِ بَعْدُ أَمَّا وَدٌّ كَانَتْ لِكَلْبٍ بِدَوْمَةِ الجَنْدَلِ، وَأَمَّا سُوَاعٌ كَانَتْ لِهُذَيْلٍ، وَأَمَّا يَغُوثُ فَكَانَتْ لِمُرَادٍ، ثُمَّ لِبَنِي غُطَيْفٍ بِالْجَوْفِ، عِنْدَ سَبَإٍ، وَأَمَّا يَعُوقُ فَكَانَتْ لِهَمْدَانَ، وَأَمَّا نَسْرٌ فَكَانَتْ لِحِمْيَرَ لِآلِ ذِي الكَلاَعِ، أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ، أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِي كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ، فَفَعَلُوا، فَلَمْ تُعْبَدْ، حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ العِلْمُ عُبِدَتْ
Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma bahwanya; Berhala-berhala yang dahulu diagungkan oleh kaum Nabi Nuh, di kemudian hari tersebar di bangsa Arab.
Wadd menjadi berhala untuk kamu Kalb di Daumah Al Jandal. Suwa’ untuk Bani Hudzail. Yaghuts untuk Murad dan Bani Ghuthaif di Jauf tepatnya di Saba`.
Adapun Ya’uq adalah untuk Bani Hamdan. Sedangkan Nashr untuk Himyar keluarga Dzul Kala’. Itulah nama-nama orang Shalih dari kaum Nabi Nuh.
Ketika mereka wafat, SYETAN membisikkan kepada kaum mereka untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan menamakannya dengan nama-nama mereka.
Maka mereka pun melakukan hal itu, dan saat itu berhala-berhala itu belum disembah hingga mereka wafat, sesudah itu, setelah ilmu tiada, maka berhala-berhala itu pun disembah.”
(HR. Bukhari no. 4920)
Imam Ibnu Katsir menyebutkan tentang jin wanita yang keluar dari berhala ‘Uzza yang disembah di sebuah rumah, dan jin wanita itu dibunuh oleh Khalid bin Walid Radhiyallahu’ Anhu.
Baca Juga: Kisah Keberanian Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala
Berhala Salah Satu Tempat Jin
Berikut ini kisahnya:
وَقَدْ رَوَى الْوَاقِدِيُّ وَغَيْرُهُ أَنَّهُ لَمَّا قَدِمَهَا خَالِدٌ لِخَمْسٍ بَقِينَ مِنْ رَمَضَانَ فَهَدَمَهَا
وَرَجَعَ فَأَخْبَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ” مَا رَأَيْتَ؟ ” قَالَ: لَمْ أَرَ شَيْئًا.
فَأَمَرَهُ بِالرُّجُوعِ، فَلَمَّا رَجَعَ خَرَجَتْ إِلَيْهِ مِنْ ذَلِكَ الْبَيْتِ امْرَأَةٌ سَوْدَاءُ نَاشِرَةٌ شَعْرَهَا تُوَلْوِلُ فَعَلَاهَا بِالسَّيْفِ وَجَعَلَ يَقُولُ: يَا عزى كُفْرَانَكِ لَا سُبْحَانَكِ إِنِّي رَأَيْتُ اللَّهَ قَدْ أَهَانَكِ ثُمَّ خَرَّبَ ذَلِكَ الْبَيْتَ الَّذِي كَانَتْ فِيهِ، وَأَخَذَ مَا كَانَ فِيهِ مِنَ الْأَمْوَالِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَرْضَاهُ، ثُمَّ رَجَعَ فَأَخْبَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ” تِلْكَ الْعُزَّى وَلَا تعبد أبدا “.
ِAl Waqidi dan lainnya meriwayatkan bahwa saat Khalid mendatangi berhala (patung) ‘Uzza di lima hari sisa bulan Ramadhan, dia menghancurkannya, lalu dia pulang dan mengabarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Lalu, Rasulullah bertanya:
“Apa yang kamu lihat?”
Khalid menjawab: “Aku tidak lihat apa-apa.”
Maka, Rasulullah memerintahkannya untuk kembali, saat dia kembali ke rumah itu, dari rumah tersebut keluar seorang wanita hitam yang rambutnya berantakan lalu Khalid membunuhnya dengan pedang dan berkata: “Wahai ‘Uzza kami kafir kepadamu dan kau bukan maha suci. Aku melihat Allah menghinakanmu.”
Lalu rumah itu dirubuhkan yang mana wanita itu ada di dalamnya, lalu Khalid menyelamatkan harta yang ada di dalamnya, lalu mengabarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , lalu beliau bersabda: “Itulah ‘Uzza dan tidak akan lagi disembah selamanya.”
(Imam Ibnu Katsir, Sirah An Nabawiyah, jilid. 3, hlm. 597)
Maka, menyebut berhala atau patung tempat bertenggernya jin apakah sebuah kesalahan atau penistaan?
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]