Chanelmuslim.com – Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab munculnya preeklampsia pada wanita hamil, salah satunya adalah paparan sperma yang dianggap sebagai zat asing di tubuh wanita.
Menurut Dr. dr. Didi Danukusumo, SpOG(K), jika melihat dari pokok pemikiran reaksi peradangan, preeklampsia memang kemungkinan besar terjadi pada kehamilan pertama. Penelitian di Australia menyebutkan bahwa faktor sperma ikut andil dalam hal ini.
“Jadi paparan sperma yang dianggap asing terhadap wanita menyebabkan reaksi peradangan berat sehingga bisa berisiko menimbulkan preeklampsia. Pada kehamilan kedua, risikonya turun jadi 40 persen,” tutur dr Didi saat ditemui di sela-sela sidang promosi doktornya yang diadakan di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba Raya, Jakarta Pusat, Selasa (19/7/2016).
dr. Didi menjelaskan, pada penelitian di Australia tersebut ditemukan bahwa sperma yang tidak dikenal oleh tubuh wanita berisiko menimbulkan reaksi peradangan. Pada akhirnya, risiko preeklampsia memang lebih besar terjadi pada kehamilan pertama, namun risiko tersebut tetap ada di kehamilan-kehamilan berikutnya.
“Sperma itu benda asing kan untuk wanita. Makin sering ‘bertemu’ kan jadi makin banyak dikenal dan reaksi peradangannya jadi makin rendah,” tutur dokter yang praktik di RSAB Harapan Kita tersebut.
Selain itu, risiko peradangan ini juga bisa terjadi pada wanita yang berganti suami. Misalnya, pada kehamilan anak pertama dari suami pertama, si wanita mengalami preeklampsia, kemudian di kehamilan anak keduanya kondisi tersebut tak terjadi. Ketika ia berganti suami, maka kehamilan anak pertama dari pria tersebut sangat mungkin mengalami preeklampsia lagi.
Demikian juga disampaikan oleh Dr Med Damar Prasmusinto, SpOG (K) dari Brawijaya Women & Children Hospital. Ia menyebutkan bahwa pasangan yang pada awal pernikahan memutuskan untuk kontrasepsi barrier (menggunakan kondom), pertama kali menjadi ayah dan sperma berasal dari orang lain (donor insemnasi), juga berisiko mengalami kehamilan dengan preeklampsia.
“Hal ini disebabkan karena faktor imunologi. Jadi ada ketidaksesuaian antara gen ibu dan ayah sehingga ketika si ibu hamil terjadi penolakan gen ayah. Inilah yang menjadi faktor risikonya,” jelas dr Damar.
Ia melanjutkan, pada saat plasenta masih berada di rahim maka terjadi pembentukan pembuluh darah baru. Pada ibu hamil dengan tekanan darah normal, pembuluh darah akan lebar. Namun, ketika terjadi penolakan gen, pembuluh darah baru tersebut akan sempit dan tekanannya menjadi tinggi.(ind/dethealth)