ChanelMuslim.com – Hukum puasa tarwiyah 8 Dzulhijjah. Benarkah Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) itu bid’ah?
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Ini adalah seri ketiga tulisan tentang Shaum sembilan hari Dzulhijjah awal dan shaum hari Tarwiyah, karena banyak sekali yang bertanya, sepertinya perlu didetilkan lagi.
Kita lihat keterangan beberapa hadits berikut:
1. Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ما رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- صائما فى العشر قط
Sedikit pun aku belum pernah lihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa di 10 hari Dzulhijjah. (HR. Muslim no. 2846)
Apa maksud hadits ini? Apakah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak menyukai puasa di 10 hari dzulhijjah (yaitu 1 s.d. 9 Dzulhijjah)? Bukan.
Para ulama menjelaskan bawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan puasa di hari-hari tersebut karena khawatir dianggap kewajiban.
Imam Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, memasukkan hadits ini dalam bab: Dzikr Ifthar An Nabi fi ‘Asyri Dzil Hijjah – Tentang Nabi tidak berpuasa di 10 hari Dzulhijjah. Setelah itu Imam Ibnu Khuzaimah membuat Bab:
بَاب ذِكْر عِلَّةٍ قَدْ كَانَ النَبِيّ – صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَتْرُكُ لَهَا بَعْضَ أَعْمَالِ التَّطَوُّعِ وَإِنْ كَانَ يَحُثُّ عَلَيْهَا، وَهِيَ خَشْيَةَ أَنْ يُفْرَضَ عَلَيْهِمْ
Tentang alasan Nabi meninggalkan sebagian amal sunnah walaupun itu begitu dianjurkan sebab khawatir hal itu diwajibkan atas mereka.
Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah juga menjelaskan:
لاحتمال أن يكون ذلك لكونه كان يترك العمل وهو يحب أن يعمله خشية أن يفرض على أمته
Kemungkinannya, Beliau shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan sebuah amal padahal dia suka dengan amal itu, khawatir itu menjadi wajib bagi umatnya. (Fathul Bari, 2/593)
Lalu, apa maksud Aisyah Radhiallahu ‘Anha bahwa Beliau sama sekali belum pernah lihat Rasulullah melakukannya? Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:
فقال العلماء هو متأول على أنها لم تره ولا يلزم منه تركه في نفس الأمر لأنه صلى الله عليه وسلم كان يكون عندها في يوم من تسعة أيام والباقي عند باقي أمهات المؤمنين رضي الله عنهن أو لعله صلى الله عليه وسلم ، كان يصوم بعضه في بعض الأوقات وكله في بعضها ويتركه في بعضها لعارض سفر أو مرض أو غيرهما وبهذا يجمع بين الاحاديث
Para ulama memberikan takwil bahwa Aisyah tidak melihatnya bukan berarti Rasulullah tidak melakukannya, sebab Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersama Aisyah di sebagian waktu di 9 hari Dzulhijjah dan sebagian lain bersama Ummahatul Mu’minin (istri-istri) yang lain.
Atau bisa jadi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam puasa pada sebagian waktu dan semuanya saat bersama sebagin istrinya dan meninggalkan puasa di saat bersama istrinya yang lain baik karena safar, sakit, atau sebab lainnya. Seperti inilah cara kompromi berbagai hadits. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 6/387)
Baca Juga: Hukum Puasa Sunnah dan Puasa yang Dilarang
Hukum Puasa Tarwiyah
2. Dari sebagian istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَتِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ الشَّهْرِ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
“Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura, sembilan hari dari bulan Dzulhijjah dan tiga hari setiap bulan, hari Senin pertama tiap bulan dan dua hari Kamis.” (HR. An Nasa’i no. 2372. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i no. 2372)
Hadits ini begitu gamblang bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga melakukan puasa sembilan hari Dzulhijah. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan pendapat ulama atas kesunnahan berpuasa di 9 hari Dzulhijjah (8 Dzulhijjah termasuk di dalamnya).
Tertulis dalam Al Mausu’ah:
اتفق الفقهاء على استحباب صوم الأيام الثمانية التي من أول ذي الحجة قبل يوم عرفة
Para ahli fiqih sepakat sunahnya puasa di hari-hari delapan di awal Dzulhijjah sebelum hari arafah. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 28/91)
Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:
ومن المسنون صوم شعبان ومنه صوم الايام التسعة من اول ذى الحجة وجاءت في هذا كله احاديث كثيرة
Di antara shaum yang disunnahkan adalah shaum bulan sya’ban, shaum 9 hari di awal Dzulhijjah, dan tentang semua ini haditsnya begitu banyak. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 6/386)
Imam Al Mardawi Rahimahullah mengatakan:
ويستحب صوم عشر ذي الحجة وآكده التاسع وهو يوم عرفة إجماعا
Disunnahkan berpuasa di 10 hari Dzulhijjah dan ditekankan lagi pada 9 Dzulhijjah karena itu hari Arafah. (Al Inshaf, 3/345)
Imam Al Buhuti Rahimahullah mengatakan:
( و ) يسن ( صوم التسع من ذي الحجة
Disunnahkan berpuasa di sembilan hari Dzulhijjah. (Kasysyaaf Al Qinaa’, 2/338)
Imam Ibnu Hazm Rahimahullah mengatakan:
ونستحب صيام أيام العشر من ذى الحجة قبل النحر
Kita disunnahkan untuk berpuasa di hari-hari 10 Dzulhijjah sebelum hari penyembelihan (yaumun nahr). (Al Muhalla, 4/440)
Imam Asy Syaukani Rahimahullah mengatakan:
يستحب صيام ست من شوال وتسع من ذي الحجة …. وأما صيام تسع من ذي الحجة فلما ثبت عنه صلى الله عليه وسلم من حديث حفصة عند أحمد والنسائي قالت: “أربع لم يكن يدعهن رسول الله صلى الله عليه وسلم صيام عاشوراء والعشر وثلاثة أيام من كل شهر”
Disunnahkan berpuasa enam hari Syawwal, 9 hari Dzulhijjah, ada pun puasa 9 hari Dzulhijjah telah shahih dari Rasululah dari hadits Hafshah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An Nasa’i, bahwa Hafshah berkata: “Empat hal yang Rasulullah tidak pernah tinggalkan: puasa Asyura, puasa sepuluh hari dzulhijjah, dan tiga hari setiap bulannya.” (Ad Darari Al Madhiyah, 2/178)
Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, saat itu masih diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah, berbunyi:
صوم الإثنين والخميس من كل أسبوع وصيام ثلاثة أيام من كل شهر وصوم تسع ذي الحجة وصيام اليوم العاشر من محرم وتصوم يوما قبله أو يوما بعده، وصيام ستة أيام من شوال، كل ذلك سنة قد صحت به الأحاديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، وهكذا صيام النصف الأول من شعبان، وصيامه كله أو أكثره، كله سنة
Berpuasa hari senin dan kamis di tiap pekan, tiga hari di tiap bulan, SEMBILAN HARI DZULHIJJAH, puasa hari 10 Muharam, puasa sehari sebelum atau sehari setelahnya, puasa enam hari Syawwal, SEMUA ITU SUNNAH.
Telah shahih hadits-hadits Rasulullah tentang itu. Demikian juga berpuasa setngah bulan pertama di bulan Sya’ban, atau puasa diseluruhnya atau sebagian besarnya, SEMUANYA SUNNAH.
(Fatawa Al Lajnah Ad Daimah no. 6139)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]