USTAZAH, bagaimana cara menyadarkan anak remaja yang baru mulai suka dengan lawan jenis, apakah baiknya perlu ditanyakan langsung? Karena baru perasaan saja ia mulai seperti itu dan khawatir keterusan.
Ustazah Nur Hamidah, M.A. menjelaskan bahwa jatuh cinta dengan lawan jenis adalah manusiawi, tapi dengan sesama jenis itu terlaknat.
Jadi, sunatullah terjadi kepada anak yang sudah mulai dewasa dan mencari teman sejati dalam suka dan duka.
Baca Juga: Sikap Istri Ketika Suami Suka Pacaran dan Main Game
Anak Mulai Suka dengan Lawan Jenis
Untuk itulah pendampingan seorang ayah dan ibu sangat penting sebagai sahabat anak dan tempat curhat bagi anak, bukan menghakimi dan menggurui.
Jadilah sahabat anak dalam berdiskusi mencari sosok pria/wanita idaman, sambil sosok tersebut sesuai dengan kriteria akhlak dan yang juga berbakti dan hormat kepada kepada kita sebagai orangtua.
Pendampingan dengan terus menjadi teman diskusi anak akan menjadikan anak semakin dekat dan percaya dengan kita.
Selain itu, mengenai hukum pacaran sebelum menikah, Ustazah Nur Hamidah juga menjelaskan sebagai berikut.
Allah Subhanahu wa taala tidak pernah menzalimi hamba-Nya. Setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawaban setimpal.
Malaikat Raqib Atid bahkan mencatat persis dengan apa yang dilakukan manusia dan menghapus kapan manusia tersebut bertaubat atas segala kesalahannya.
Dengan demikian, sampai kapanpun, pacaran dengan melakukan interaksi khalwat (berduaan yang bukan mahram) adalah dosa. Kecuali jika telah digugurkan dengan istighfar dan taubat penyesalan.
Menikah kemudian bukan otomatis menggugurkan dosa sebelumnya jika tidak pernah merasa bersalah dan bertaubat atas kesalahan masa lalunya.
Baca Juga: Mengapa Seorang Gadis Muslim Tidak Boleh Pacaran?
Bertobat atas Dosanya
Jadi, setelah menikah, jika ingin menggugurkan dosa masa lalunya, perlu melakukan kesadaran dan penyesalan karena itu cirilah orang beriman. Qs 3: 135
Selanjutnya, putus dosa jariyah dari akibat pacaran yang telah dilakukan dengan mengingatkan anak keturunan jangan mencontoh perilaku masa jahiliyahnya.
Sebab jika ada orang lain yang menjadikan keteladanan atas kemaksiatan kita bisa mengakibatkan dosa jariyah yang akan dicatat oleh malaikat dan tersimpan di lauhil mahfudz (Qs. 36:12).
Juga dalam hadis Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Beliau kemudian bersabda:
“Barangsiapa yang memulai kebiasaan yang baik, lalu kebiasaan itu pun diamalkan setelahnya, maka baginya adalah pahala dan pahala seperti pahala mereka yang mengerjakannya tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikit pun.
Sedangkan, siapa yang memulai kebiasaan yang buruk, lalu kebiasaan itu pun diamalkan setelahnya, maka dosanya akan dibebankan ke atasnya, dan baginya dosa seperti dosa mereka yang melakukannya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa mereka.” (HR. Ahmad: 18406)
Wallohu a’lam.[ind]