AMR bin Jumuh telah menyerahkan hati dan hidupnya kepada Allah, Pengatur alam semesta. Meskipun sebelumnya ia pemurah dan dermawan, tetapi Islam telah melipatgandakan’ kedermawanannya hingga seluruh harta kekayaannya diserahkan untuk kepentingan Islam dan rekan-rekan seperjuangan.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pernah bertanya kepada sekelompok orang dari bani Salamah (kaum Amr bin Jamuh), “Siapakah pemimpin kalian, hai bani Salamah?”
Mereka menjawab, “Al-Jadd bin Qais, meskipun ia kikir.”
Rasulullah bersabda, “Adakah penyakit yang lebih ganas dari kikir?
Pemimpin kalian adalah si putih dan berambut keriting, Amr bin Jamuh.”
Baca Juga: Amr bin Jumuh Syahid di Perang Uhud
Amr bin Jumuh Dilarang Mengikuti Perang oleh Nabi
Rekomendasi dari Rasulullah ini merupakan penghargaan tinggi kepada Amr bin Jamuh. Seorang penyair Anshar bertutur,
“Amr bin Jamuh memimpin karena kedermawanannya Dengan kebaikannya ia pantas memimpin la tidak pernah menolak orang yang meminta. “Silakan ambil,” itu katanya, “nanti harta itu akan kembali berlipat ganda”
Sebagaimana ia begitu mudah mendermakan hartanya di jalan Allah, ia juga ingin mendermakan jiwa dan kehidupannya di jalan Allah.
Tetapi, bagaimana caranya?
Satu kakinya pincang, menyebabkannya tidak boleh ikut berperang. la memiliki empat anak laki-laki. Semuanya sudah masuk Islam.
Semuanya pemberani bagai singa. Mereka Tidak pernah absen dari peperangan bersama Rasulullah. Mereka gigih dan gagah berani di medan laga.
Di Perang Badar, Amr sudah bersiap-siap untuk ikut perang. Namun anak-anaknya memohon kepada Nabi untuk menjelaskan kepada sang ayah agar ia tidak ikut berperang, atau kalau masih memaksa, mereka memohon agar Rasulullah mengeluarkan larangan berperang bagi sang ayah.
Seperti yang mereka harapkan, Rasulullah menjelaskan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban berjihad karena kakinya yang pincang itu.
Akan tetapi, Amr tetap bersikeras ikut berjihad. Akhirnya, Rasulullah mengeluarkan perintah agar Amr tetap berdiam di Madinah, tidak ikut berjihad. Dan bagi seorang muslim, taat pada perintah Nabi adalah satu ibadah. [Ai/Ln]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itihsom