ChanelMuslim.com- Yang belum pasti terjadi jangan diseramkan. Yang sudah terjadi jangan disedihkan.
Hidup ini seperti menanti sesuatu yang belum terjadi. Ada rasa gelisah di situ. Ada was-was. Jangan-jangan yang akan terjadi yang tidak kita inginkan.
Betapa tidak nyamannya hidup jika segala yang belum terjadi dikhawatirkan. Jangan-jangan akan ada kecelakaan. Jangan-jangan akan ada gempa. Jangan-jangan akan ada banjir. Jangan-jangan akan ada pencuri. Dan seterusnya.
Seolah, semua rentang waktu yang dinanti berisi ancaman. Baik apa yang akan dialami oleh diri sendiri. Dan lebih parah lagi jika mengkhawatirkan yang akan dialami orang-orang tercinta.
Ketika akan mengendarai mobil, bayangan buruk muncul tenggelam. Tapi, kemuculannya kian waktu kian lebih jelas daripada tenggelamnya.
Kalau mobil ini menabrak anak kecil, apa jadinya saya. Orang banyak akan menghakimi saya. Mobilnya dihancurkan. Orang-orang menghajar saya habis-habisan.
Ketika akan mengendarai sepeda motor, bayangan seramnya lain lagi. Bagaimana kalau tiba-tiba saya ditabrak truk dari belakang. Bagaimana kalau ada begal yang menyerang dengan senjata tajam. Dan seterusnya.
Itu tentang diri sendiri. Sedikit lebih ringan beban mentalnya di banding mengkhawatirkan orang-orang tercinta. Karena tentang diri sendiri bisa diputuskan sendiri antisipasinya. Tapi tentang orang lain, sulit dilakukan.
Sulit melarang terus-menerus suami atau istri atau anak untuk mengendarai sepeda motor ketika keluar rumah. Satu atau dua kali mungkin bisa. Meski alasannya sangat subjektif dari diri kita sendiri. Tapi selanjutnya, mereka akan mengabaikan kita.
Ketika itulah, was-was terus membayangi pergantian detik dan menit penantian. “Kok, jam segini belum juga pulang!”
“Cuaca hujan begini, jalannya pasti sangat licin. Gimana kalau ada lubang besar di jalan?” Dan seterusnya. Bayangan-bayangan seram akibat kecelakaan terus mondar-mandir dalam pikiran.
Begitu pun ketika bayangan tak nyaman meneror di malam hari. “Bagaimana kalau ada perampok masuk rumah ini? Mereka banyak dan bersenjata!”
Jika bayangan seperti itu yang muncul di saat terbangun malam hari, rasa kantuk akan sirna seketika. Muncullah rasa was-was yang luar biasa. Ada sedikit suara asing saja, kita pun melongok dari balik tirai jendela.
**
Siksaan jiwa seperti itu disebut sebagai hammun. Atau, bayangan buruk terhadap sesuatu yang belum terjadi.
Sejatinya, sesuatu yang belum terjadi tak perlu dibayangkan seperti sudah terjadi. Cukup lakukan antisipasi, setelah itu tawakal pada Allah subhanahu wata’ala.
Itu pula ujian nilai keimanan kita pada takdir Allah. Dan urusan takdir adalah sepenuhnya milik Allah. Kita hanya bisa meminta melalui doa dan antisipasi melalui ikhtiar.
Setelah itu, bukan lagi urusan kita apakah keburukan yang akan terjadi, atau sebaliknya. Melakukan sesuatu yang di luar kemampuan kita sama dengan menyiksa diri dalam ketidakpastian.
Ada juga faktor lain. Ketidakrelaan terhadap takdir buruk yang akan terjadi. Padahal lagi-lagi, hal itu bukan wewenang kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para nabi sebelum beliau mengajarkan, kalau ada bisikan atau bayangan horor yang dikhawatirkan akan terjadi, katakanlah, “Hasbunallah wani’mal wakil. Ni’mal maula wani’man nashir.”
Cukuplah Allah sebagai tempat untuk bersandar (dari kegelisahan dan was-was). Dan cukuplah Allah sebagai penolong kita.
Apa pun takdir itu. Dan, seperti apa pun yang akan terjadi: baik atau yang buruk. Tanamkan sikap ridha. Segala yang akan terjadi, insya Allah ada hikmahnya. [Mh]