BANYAK sahabat Rasulullah yang berperang untuk menggapai syahid. Karakter seorang pahlawan yang dipesankan oleh Khalifah Umar agar sekali-kali tidak diangkat sebagai panglima perang karena keberaniannya yang luar biasa dan pencariannya terhadap mati syahid akan membahayakan pasukannya.
Kepahlawanan Bara’ bin Malik di Perang Yamamah adalah karakter pahlawan yang digambarkan oleh Khalifah Umar.
Baca Juga: Zaid bin Khatthab yang Mencari Syahid
Berperang untuk Menggapai Syahid
Khalid Sang panglima berseru, “Allahu Akbar,” tanda perang dimulai. Barisan tentara Islam langsung menyerbu ke arah musuh. Si perindu kematian, Bara’, pun tidak ketinggalan.
la terus mengejar para pengikut si pembohong, Musailamah, dengan pedangnya, hingga mereka berjatuhan laksana daun kering di musim gugur.
Musailamah dengan pasukan yang banyak dan persenjataan lengkap merupakan bahaya yang serius. Seorang pasukan Islam mereka hadapi dengan perlawanan yang gigih, hingga mereka hampir menguasai pertempuran. Bahkan, mereka berhasil melakukan serangan balik.
Saat itulah pasukan Islam dibayangi rasa takut. Para komandan pasukan melihat gelagat itu. Mereka langsung menyerukan instruksi- instruksi yang membangkitkan keteguhan dan keberanian.
Janji-janji Allah kepada orang-orang yang mati syahid terus dikumandangkan. Begitu juga dengan janji akan datangnya Allah. Bara’ termasuk yang memiliki suara nyaring dan merdu. “Berserulah wahai Bara;’!
Itulah titah sang panglima kepada Bara’. Bara’ pun berseru dengan kata-kata yang mengandung ketegasan, ketegaran dan kekuatan.
“Wahai penduduk Madinah, sekarang tidak ada Madinah bagi kalian. Yang ada hanya Allah dan surga.’
Ucapan yang mengekspresikan semangat dan karakter sang pembicara.
Ya…, hanya ada Allah dan surga. Kalau begitu, tidak boleh ada sesuatu yang lain yang ada dalam pikiran setiap prajurit, bahkan kota Madinah sekalipun.
Madinah yang merupakan pusat pemerintahan Islam dan tempat tinggal istri dan anak mereka. Karena jika hari ini mereka kalah, Madinah pun akan hancur.
Kata-kata Bara’ menyelusup ke jiwa para prajurit laksana.
Tidak ada perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan pengaruh kata-kata itu karena pengaruhnya sangat luar biasa.
Tidak lama kemudian, arah pertempuran kembali seperti semula. Pasukan Islam terus merangsek maju, menyongsong kemenangan. Di pihak lain, pasukan kafir itu berjatuhan merasakan kekalahan.
Bara’ terlihat di sana, bersama prajurit lain, di bawah naungan bendera Muhammad bergerak menuju janji kemenangan yang tidak akan meleset.
Pasukan kafir berlarian mundur, berlindung di sebuah Taman luas berdinding tebal.
Pertempuran berhenti dengan sendirinya. Semangat perang pasukan Islam pun menurun karena merasa sudah menang.
Namun, jika dibiarkan seperti ini, jika dengan tiba-tiba pasukan kafir menyerang dari dalam kebun, maka arah pertempuran bisa berbalik.
Melihat gelagat itu, Bara’ berteriak lantang, “Wahai saudara-saudaraku, angkat dan lemparkan aku ke dalam kebun.”
Bukankah sudah saya katakan bahwa Bara’ hanya mencari syahid, bukan kemenangan?
Dalam benaknya, inilah gambaran terbaik bagi akhir kehidupannya. Ketika ia dilemparkan ke dalam kebun, ia akan membuka pintu gerbang mencincang tubuhnya. Saat itulah pintu surga terbuka untuk menyambut tamu baru dan mulia. [Cms]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itishom