CARA berpikir seekor kambing. Seorang penggembala kambing sedang duduk beristirahat sambil mengamati kambing-kambingnya yang sedang sibuk menikmati rerumputan di padang hijau yang luas.
Penggembala itu memegang sebuah rotan di sebelah tangannya yang tidak akan segan-segan ia gunakan untuk memecut kambing yang keluar dari kumpulannya.
Bukan apa-apa, kambing yang memisahkan diri, ia nanti bisa tersesat dan membahayakan dirinya sendiri.
Para kambing pun menunjukkan sikap yang berbeda-beda berkaitan dengan hal ini. Ia yang berpikir lebih cerdas, tidak akan berani pergi jauh-jauh dari kerumunan.
Karena ia sudah pernah merasakan sabetan rotan si penggembala, dan tak mungkin ia mau merasakan kedua kalinya.
Beberapa lagi suka melupakan kenyataan bahwa ia tak boleh menjauhi teman-temannya. Ketika ia melakukan hal tersebut, si penggembala akan melihatnya dan memecut satu kali kambing itu.
Cukup satu kali, karena setelah itu ia ingat akan kesalahannya dan kembali kepada barisan yang benar.
Namun ada pula jenis kambing ketiga, yang tidak juga mengerti apa yang harus ia lakukan. Ia tetap saja tidak bisa diatur. Setiap kali melanggar, pecutan rotan akan melayang di tubuhnya.
Namun tetap saja ia melakukan kesalahan lagi dan lagi. Berkali-kali ditegur dengan rotan yang menyakitkan pun ia belum sadar juga.
Barangkali kambing-kambing itu berpikir bahwa mereka adalah kambing, dan memang seperti itulah seharusnya sikap seekor kambing. Entahlah.
Baca Juga: Kisah Bedanya Putusan Nabi Daud dan Sulaiman tentang Kambing yang Merusak Ladang
Cara Berpikir Seekor Kambing
Dipikir-pikir ada benarnya juga kalau yang berbuat seperti itu adalah kambing. Justru yang menjadi pertanyaan, jika pelakunya adalah manusia.
Mereka tahu hidupnya berkali-kali ditegur oleh Allah, namun belum sadar juga.
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”
(Surat Asy-Syura: 42)
Azab atau hukuman sedianya Allah berikan pada hamba-Nya sebagai teguran. Mukmin yang cerdas, tidak akan berani melanggar aturan Allah.
Kalaupun pernah mengalami teguran tersebut karena lupa, maka cukup satu kali setelah itu ia ingat akan kesalahannya dan kembali kepada jalan yang benar.
Justru yang mengherankan adalah mereka yang tidak pernah bisa diatur meski sudah menerima teguran berulang-ulang.
Padahal hanya kambing yang berpikir demikian, dan memang seperti itulah seharusnya sikap seekor kambing. Entahlah.
Salam Hijrah dari Ustaz Arafat.[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh