ChanelMuslim.com- Jika setiap amalan terukur hanya dengan niat, betapa banyak orang yang mendapatkan kemudahan menghuni surga tanpa bersusah payah.
Oleh : Ustaz Umar Hidayat, M.Ag
Meskipun masuk surga juga sangat mungkin terjadi karena kehendak Allah, bukan semata-mata amal saja.
Yang sedang kita cari justru dengan amal itu menjadi upaya maksimal kita (ikhtiar diri) agar pantas dihadapan Allah mendapatkan ridha-Nya dan kemudahan masuk ke dalam surgaNya.
Upaya maksimal inilah yang kita pahami sebagai ahsanu amala, amal yang terbaik.
Sebagaimana yang Allah kehendaki dalam al Qur’an:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67]: 2).
Ujian setiap kita adalah mempersembahkan amal terbaik, amal paling baik (ahsanu amala).
Hidup ini hakikatnya adalah ujian Allah bagi orang beriman, guna mencapai derajat yang paling baik amalnya, atau dalam konteks Qur’ani disebut sebagai “Ahsanu ‘Amala” ini.
Untuk memenuhi kriteria ahsanu amala tidak hanya cukup berhenti dengan niat saja, tetapi proses dan posisi akhirnya (baca; hasilnya).
Narasi dialogis sistemik harus berjalan dengan baik; niat, input, proses dan outputnya juga ahsanu amala.
Seperti Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, kriteria ahsanu amala adalah siapakah yang paling ikhlas dan paling benar amalannya.
Baca Juga: Amalan agar Terbebas dari Neraka (1)
Amalan tidak akan diterima sampai seseorang itu ikhlas dan benar dalam beramal
Yang dimaksud ikhlas adalah amalan tersebut dikerjakan hanya karena Allah.
Yang dimaksud benar dalam beramal adalah selalu mengikuti petunjuk Nabi.
Karenanya innamal a’lamu bin niyat saja tidak cukup, bahkan Nabi mengingatkan akan posisi diakhir amal kita;
“Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka.
Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga.
Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493). Dalam riwayat lain disebutkan,
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.
Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas.
Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat.
Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.
Di sinilah pentingnya orientasi khusnul khatimah dalam setiap amal yang kita lakukan.
Hari ini tanggal 1 Ramadan 1442 H mari kita kuatkan niat amaliah Ramadhan kita, sekaligus kendalikan
Amal itu menjadi amal terbaik dan pastikan menuju khusnul khotimah, menjadi Ramadan penuh dengan amal yang berkualitas.
“Engkau akan teruji di penghujung amalmu. Maka, lakukan amal yang terbaik sedari awal hingga akhirnya.”
[Ind/Wld].